Luqman Firmansyah December 13th, 2011 .berkata: Kesalahan Mahrus Ali Dalam Menilai Hadits Ibnu Umar Tentang Istighatsah dan Tawassul
.Serial
Akidah: Jawaban Terhadap Kebohongan Buku-buku Mahrus Ali
عن
اِبن عمررضي الله عنه انّه خدرت رجله فقيل له: اُذكر احبّ النّاس اِليك، فقال: يا
محمّد، فكانّما نشط من عقال
“Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA bahwa suatu ketika kaki
beliau terkena mati rasa, maka salah seorang yang hadir mengatakan kepada
beliau: “Sebutkanlah orang yangpaling Anda cintai!”. Lalu Ibnu Umar berkata:
“Ya Muhammad”. Maka seketika itu kaki beliau sembuh.”
Hadits ini dengan tegas menyatakan akan kebolehan tawassul
dan istighatsah dengan dzat Nabi Muhammad SAW setelah beliau wafat. Abdullan
bin Umar melakukan hal tersebut setelah Rasulullah SAW wafat. Sehingga hadits
ini menunjukkan bahwa bertawassul dan ber-istighatsah dengan Rasulullah SAW
setelah beliau wafat bukanlah termasuk perbuatan syirik meskipun dengan
menggunakan redaksi nida’ (memanggil).
Apa Komentar Mahrus Ali?
Dalam bukunya Sesat Tanpa Sadar, Mahrus Ali melakukan kebohongan
ilmiah. Dia berkata dalam bukunya :
“Syaikh Muhammad Nashiruddin
Al-Albani menyatakan bahwasanya hadits tersebut lemah, dalam kitabnya Dhaifu
al-Adab al-Mufrad 148/964 dari Abdurrahman bin Sa’ad berkata…dst. ini juga
lemah.” (al-Kalim al-Thayyib, 173/1).
Selanjutnya tetap di halaman yang sama Mahrus Ali mengatakan:
“Sanad hadits ini menurut Ibnu
Sunni sebagai berikut: “Muhammad bin Ibrahim al-Anmati dan Amr bin al-Junaid
bin Isa menceritakan kepadaku, keduanya berkata Muhammad bin Khaddasi bercerita
kepada kami, Abu Bakar bin Ayyasy bercerita kepada kami, Abu Ishaq al-Sabi’i
bercerita kepada kami dari Abu Syu’bah.” (Lihat buku “Sesat Tanpa Sadar”
karangan Mahrus Ali, halaman 191-192).
Inti dari pernyataan Mahrus di atas adalah bahwa hadits Ibnu Umar
tersebut tidak bisa dijadikan landasan dengan alasan dha’if, itupun tidak ada
kejelasan riwayat. Kami akan tampilkan beberapa riwayat dari jalur yang
berbeda, agar semua bisa menjadi jelas.
Tanggapan Kami
Kalau kita mau jujur dengan merujuk pada literatur- literatur
hadits maka kita akan menemukan penjelasan yang berbeda 180 derajat dengan yang
dikatakan Mahrus. Hadits tersebut diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adab
al-Mufrad (hal. 324), al-Hafizh Ibrahim al-Harbi dalam Gharibul-Hadits
(II/673-674), al-Hafizh Ibnu al-Sunni dalam ‘Amalul-Yaum wal- Lailah (hal.
72-73), bahkan Ibnu Taimiyah —ideolog pertama aliran Wahabi— dalam kitabnya
al-Kalim al-Thayyib (hal. 88), menganjurkan untuk mengamalkan isi hadits ini.
Hadits di atas juga diriwayatkan melalui empat jalur:
1.
Sufyan
al-Tsauri dari Abi Ishaq al-Sabi’i dari Abdurrahman bin Sa’ad, seperti yang
diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adab al Mufrad.
2.
Zuhair
bin Mu’awiyah dari Abu Ishaq dari Abdurrahman bin Sa’ad, yang meriwayatkan
melalui jalur ini diantaranya Ibnu Sa’ad dalam al-Thabaqat, Ibrahim al-Harbi
dalam Gharib al-Hadits, Ibnu Ja’ad dalam Musnad-nya, Ibnu Sunni dalam Amal
al-Yaum Wa al-Lailah, Ibnu Asakir dalam Tarikh-nya, demikian juga al-Hafizh
al-Mizzi dalam Tahdzib al-Kamal.
3.
Israil
dari Abi Ishaq dari al-Haitsam bin Hans, seperti riwayat Ibnu Sunni dalam Amal
al- Yaum Wa al-lailah.
4.
Abu
Bakar bin Ayyasy dari Abi Ishaq dari Abi Syu’bah, diantara yang meriwayatkan
melalui jalur ini adalah Ibnu Taimiyah dalam al-Kalim al-Thayyib, Ibn-Qayyim
Al-Jauziyyah dalam al-Wabil al-Shayyib dan al-Syaukani dalam Tuhfah
al-Dzakirin, dimana ketiganya adalah ulama rujukan Mahrus Ali, juga meriwatkan
dari jalur yang sama.
Sanad hadits di atas yang selalu ditampilkan oleh Mahrus Ali untuk
dijadikan sebagai landasan. Tim LBMJember menduga bahwa dengan memasukkannya
Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim akan hadits ini ke dalam kitabnya, cukup sebagai
bantahan untuk membantah pernyataan Mahrus Ali dan bisa mcmbuat dia sadar akan
kesalahan yang telah dia perbuat. Namun dugaan tersebut ternyata salah total
dan kenyataannya berbalik 180 derajat, bukannya sadar dan mengakui
kisalahannya, Mahrus Ali malah menyalahkan Ibnu Taimiyah yang notabene panutan
utama kaum Wahabi.
Seandainya kita berpendapat bahwa hadits di atas dengan kitiga
jalur sanadnya adalah dha’if, hadits tersebut masih tetap bisa dijadikan
pijakan, sebab antara hadits yang satu dengan yang lain bisa saling menguatkan,
sehingga posisinya naik pada peringkat selanjutnya, yaitu hasan. Bahkan ada
seorang ulama bernama Majdi Ghassan yang menulis satu risalah khusus mengkaji
hadits ini, dan ia namakan al- Qaul al-Fashl al-Musaddad Fi Sihhah Hadits Ya
Muhammad.
Wallahu a’lam
(Ditulis kembali dan dipublikasikan oleh Tim Sarkub dari Buku Kiai NU atau Wahabi yang Sesat Tanpa Sadar)
Komentarku ( Mahrus ali ):
Anda menyatakan:
Kalau kita mau jujur dengan merujuk pada literatur- literatur
hadits maka kita akan menemukan penjelasan yang berbeda 180 derajat dengan yang
dikatakan Mahrus. Hadits tersebut diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adab
al-Mufrad (hal. 324), al-Hafizh Ibrahim al-Harbi dalam Gharibul-Hadits
(II/673-674), al-Hafizh Ibnu al-Sunni dalam ‘Amalul-Yaum wal- Lailah (hal.
72-73), bahkan Ibnu Taimiyah —ideolog pertama aliran Wahabi— dalam kitabnya
al-Kalim al-Thayyib (hal. 88), menganjurkan untuk mengamalkan isi hadits ini.,
Komentarku ( Mahrus ali ):
Katanya mau jujur, kok dusta, mana yang beda 180 derajat itu.
Mengapa anda tidak memberikan penilaian hadis riwayat Bukhari dalam al adabul
mufrad itu, apakah lemah, hasan atau sahih., Pada hal di buku Membongkar….karya
LBMNU Jember dulu yang kamu termasuk tim penulisnya di tambahi dengan kalimat
hadis sahih, riwayat Bukhari dalam al adabul mufrad[1][1]
Setelah saya katakana lemah, sekarang anda sebagai tim penulis
buku membongkar ……………. tidak berani memberikan penilaian sahih lagi, apakah
yang dulu keliru dan sekarang perlu di benarkan. Jangan – jangan apa yang kamu
tulis sekarang ini keliru lagi, tidak benar lagi, dan nanti di rubah lagi, lalu
di tetapkan lagi. Lihat bukuku “ Sesat tanpa sadar 191.
Di buku membongkar ………….karya LBMNU Jember, di katakan, hadis tsb
di sebut oleh Ibn Taimiyah dalam kitabnya al kalimut thayyib hal 88.
Sekarang, kamu bilang mau jujur, tapi dusta lagi. Kamu bilang:
bahkan Ibnu Taimiyah —ideolog pertama aliran Wahabi— dalam
kitabnya al-Kalim al-Thayyib (hal. 88), menganjurkan untuk mengamalkan isi
hadits ini.,
Jangan – jangan kamu yang
menganjurkan, dan Ibnu Talimiyah tidak.
Tunjukkan kalimat arabnya bila Ibnu Taimiyah menganjurkan, jangan di
simpan di dada, nanti para pembaca ini ragu, tidak yakin lagi, apakah benar Ibn
Taimiyah menganjurkan atau melarang atau no koment. Apakah tidak salah anda
mengutipnya. Atau sekedar inspirasi anda bukan Ibnu Taimiyah.
Saya telah melihat di kitab aslinya, ternyata tiada kalimat bahwa
Ibn Taimiyah menganjurkan. Apalagi di kitab fatawanya. Anjuran secara tegas
bukan sindiran itu bukan dari Ibn Taimiyah tapi kedustaan anda sendiri bukan kejujuran
anda. Boleh juga di lihat di sini:
Anda menyatakan lagi:
Hadits di atas juga diriwayatkan melalui empat jalur:
5.
Sufyan
al-Tsauri dari Abi Ishaq al-Sabi’i dari Abdurrahman bin Sa’ad, seperti yang
diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adab al Mufrad.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Arabnya sbb:
يرويه سفيان الثوري عن
ابن اسحاق عن عبد الرحمن بن سعد .
Sufian Tsauri meriwayatkan dari Ibnu Ishaq Abdul-Rahman bin Sa`d.
Komentarku ( Mahrus ali ):
رواه
البخاري في الادب المفرد
( 1 / 335 برقم 964 طبعة دار البشائر الإسلامية – بيروت
الطبعة الثالثة ، 1409 – 1989 ، بتحقيق محمد فؤاد عبد الباقي ) في
باب ما يقول الرجل إذا
خدرت
رجله : (
HR. Bukhari dalam al adabul mufrad,l (1 / 335 nomer 964 Cetakan Darul Basya`ir al Islamiyah - Beirut, edisi ketiga,1409-1989, tahkik Muhammad Fuad Abdul Baqi) di bab: apa yang di katakana oleh seorang lelaki bila kakinya kesemutan: (
قال الحافظ المزي : ( روى له البخاري في كتاب
الأدب حديثا واحدا موقوفا ) ..
Al Hafidh Al Mizzi berkata: Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab al
adabul mufrad satu hadis maukuf dari Abu Ishak tadi.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Ber arti, menurut al
Hafidh tsb, hadis tsb lemah dong, bukan sahih sebagaimana klaim anda di buku
Membongkar………….karya LBMNU Jember. Lantas dari refrensi mana anda menyatakan
sahih itu. Dan hadis lemah bukan hadis sahih itulah yang di buat pegangan LBMNU
Jember ketika debat di Pasca sarjana.lalu dimenagkan bukan di kalahkan atau di
salahkan…………………., aneh, unik tapi di anggap biasa dan wajar, lalu dikobarkan
bukan di rahasiakan bahwa Pak Muammal Hamidi kalah, dan LBMNU Jember menang. Ini kekalahan LBMNU Jember lalu di menangkan dengan sistim penipuan.
Hadis tsb di sebutkan dalam kitab- kitab sbb:
الأَدَبُ الْمُفْرَدُ [ جزء
1 - صفحة
335 ]
- تَهْذِيْبُ اْلكَمَالٍِ - الْمِزِّي ج 17 ص 143 :
مُسْنَدُ ابْنِ الْجَعْدِ- عَلِي بْن الْجَعْد بن عبيد ص 369 :
- تَاِريْخُ مَدِيْنَة دِمَشْق - ابنُ عَسَاكِر ج 31 ص 177 :
- تَهْذِيْبُ اْلكَمَالٍِ - الْمِزِّي ج 17 ص 143 :
مُسْنَدُ ابْنِ الْجَعْدِ- عَلِي بْن الْجَعْد بن عبيد ص 369 :
- تَاِريْخُ مَدِيْنَة دِمَشْق - ابنُ عَسَاكِر ج 31 ص 177 :
- الطَّبَقَاتُ اْلكُبْرَى - مُحَمَّدٌ بْنُ
سَعْد ج 4 ص 154
Komentarku ( Mahrus ali ):
Sekalipun di cantumkan dalam kitab – kitab
tersebut namun masih tetap lemah, karena Abu Ishak yang mudallis, lihat komentar
al akh sbb:
بدر العمراني
27-11-05, 05:18 PM
الحديث لا
يصح ، و علته كما يظهر من الروايات المعروضة هي : عنعنة أبي إسحاق السبيعي
و هو مدلس مشهور أنظر ترجمته في طبقات المدلسين لابن حجر ، و الحديث ضعفه الألباني
لذلك لم يذكره في كتابه صحيح الكلم الطيب . و الله أعلم
Hadis tsb tidak sahih, illatnya
sebagaimana dari riwayat yang di tampakkan yaitu an`anah Abu Ishak
assubai`i. Dia mudallis yang populer,
lihat riwayat hidupnya dalam kitab Thobaqat mudallisin karya Ibn Hajar. Ia di
lemahkan oleh al albani, karena itu tidak di sebutkan dalam kitabnya Sahih kalimit thoyyib, wallahu a`lam.
Abu Ishak yang mudallis itu meriwayatkan hadis dengan kalimat
“dari” bukan “haddatsana”, dan ini termasuk kelemahan bagi mudallis dalam
meriwayatkan hadis.
Untuk lebih jelasnya, sanadnya sbb:
الأدب المفرد [ جزء
1 - صفحة
335 ]
964 - حدثنا أبو نعيم قال حدثنا سفيان عن أبي إسحاق عن عبد الرحمن بن سعد قال
964 - حدثنا أبو نعيم قال حدثنا سفيان عن أبي إسحاق عن عبد الرحمن بن سعد قال
- مسند ابن الجعد- علي بن الجعد بن عبيد ص
369 :
وبه عن أبي إسحاق عن عبد الرحمن بن سعد قال
وبه عن أبي إسحاق عن عبد الرحمن بن سعد قال
- تاريخ مدينة دمشق - ابن عساكر ج 31 ص 177 :
أخبرنا أبو عبد الله محمد بن طلحة بن علي الرازي وأبو القاسم إسماعيل بن أحمد قالا أنا أبو محمد الصريفيني أنا أبو القاسم بن حبابة نا أبو القاسم البغوي نا علي بن الجعد انا زهير عن ابن ( 3 ) إسحاق عن عبد الرحمن بن سعد قال
أخبرنا أبو عبد الله محمد بن طلحة بن علي الرازي وأبو القاسم إسماعيل بن أحمد قالا أنا أبو محمد الصريفيني أنا أبو القاسم بن حبابة نا أبو القاسم البغوي نا علي بن الجعد انا زهير عن ابن ( 3 ) إسحاق عن عبد الرحمن بن سعد قال
- - الطبقات الكبرى - محمد
بن سعد ج 4
ص 154 :
قال أخبرنا الفضل بن دكين قال حدثنا سفيان وزهير بن معاوية عن أبي إسحاق عن عبد الرحمن بن سعد قال
قال أخبرنا الفضل بن دكين قال حدثنا سفيان وزهير بن معاوية عن أبي إسحاق عن عبد الرحمن بن سعد قال
Lihat dalam sanad tsb, kalimat yang bergaris adalah Abu Ishak selalu menggunakan kalimat an ( عن ) dari,
bukan haddatsana ( حَدَّثّناَ )
Anda menyatakan lagi:
6.
Zuhair
bin Mu’awiyah dari Abu Ishaq dari Abdurrahman bin Sa’ad, yang meriwayatkan
melalui jalur ini diantaranya Ibnu Sa’ad dalam al-Thabaqat, Ibrahim al-Harbi
dalam Gharib al-Hadits, Ibnu Ja’ad dalam Musnad-nya, Ibnu Sunni dalam Amal
al-Yaum Wa al-Lailah, Ibnu Asakir dalam Tarikh-nya, demikian juga al-Hafizh
al-Mizzi dalam Tahdzib al-Kamal.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Anda
hanya berkisah tentang jalur periwayatan saja, sanad saja, bukan matan hadis
tanpa ada klaim sahih, lemah atau hasan. . Jadi belum boleh di buat pegangan
bagi seorang muslim yang mukmin bukan ahli bid`ah yang syirik . Boleh jadi
harus di buang karena bertentangan dengan hadis sahih yang lain. Hadis tsb di
cantumkan dalam suatu kitab arab atau latin itu sama saja. Yang penting harus
ada keterangan sahih, lemah atau hasan.. Dan anda tidak memberikan penilaian
anda atau penilaian ulama. Apakah anda tidak tahu bagaimana posisi dan states sanad tsb. Lihat keterangan sbb:
الطريق الثاني : يرويه
زهير بن معاوية عن ابن اسحاق عن عبد الرحمن بن سعد .
رواه علي ابن الجعد في مسنده ( ص 369 برقم 2539 طبعة مؤسسة نادر – بيروت الطبعة الأولى ، 1410 – 1990 ، بتحقيق عامر أحمد حيدر ) :
رواه علي ابن الجعد في مسنده ( ص 369 برقم 2539 طبعة مؤسسة نادر – بيروت الطبعة الأولى ، 1410 – 1990 ، بتحقيق عامر أحمد حيدر ) :
Jalur kedua: diriwayatkan
oleh Zuhair bin Muawiyah
dari Ibn Ishaq
dari Abdul Rahman bin Saad.
Diriwayatkan oleh Ali bin Ja’d dalam Musnad-nya (hal. 369, edisi 2539 Cetakan Yayasan Nadir – Beirut, edisi ( cetakan ) pertama,1410-1990, Tahkik Amer Ahmad Haidar):
Diriwayatkan oleh Ali bin Ja’d dalam Musnad-nya (hal. 369, edisi 2539 Cetakan Yayasan Nadir – Beirut, edisi ( cetakan ) pertama,1410-1990, Tahkik Amer Ahmad Haidar):
Komentarku ( Mahrus ali ):
Komentar ulama tentang Zuhair bin Muawiyah yang meriwayatkan
hadis dari Ibn Ishak tadi sbb:
و قال صالح بن أحمد بن
حنبل ، عن أبيه : زهير فيما روى عن المشايخ ثبت بخ بخ ،
و فى حديثه عن أبى إسحاق
لين ، سمع منه بأخرة .
Shaleh bin Ahmad bin Hambal dari ayahnya berkata: Zuhair yang
meriwayatkan hadis dari para masyayekh adalah terpercaya……… bagus ……….bagus,
namun dalam meriwayatkan hadis dari Abu
Ishak lemah sekali, karena beliau mendengar dari padanya di ahir hayat.
و قال أبو زرعة : ثقة
إلا أنه سمع من أبى إسحاق بعد الاختلاط .
Abu Zur`ah menyatakan: Dia
terpercaya, namun hadis yang dia dengarkan dari Abu Ishak setelah hapalannya
kabur.
و قال أبو حاتم : زهير
أحب إلينا من إسرائيل فى كل شىء إلا فى حديث أبى إسحاق .
Abu hatim berkata: Zuhair lebih
kami senangi dari pada Isra`il dalam segala sesuatu kecuali tentang hadis Abu
Ishak.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Jadi jalur ini yang di terangkan oleh Muhammad Idrus Ramli ini
juga lemah bukan hasan atau sahih.Tidak boleh di buat pegangan, buang saja,
apalagi bertentangan dengan ayat al quran yang nanti akan saya terangkan.
(
وبه – يقصد أنا زهير – عن
أبي إسحاق عن عبد الرحمن بن سعد قال : كنت عند عبد الله بن عمر فخدرت
رجله فقلت له يا أبا عبد
الرحمن ما لرجلك قال اجتمع عصبها من ها هنا قلت أدع أحب الناس إليك قال يا محمد فانبسطت )
(maksudku Zuhair
– dari Abu Ishaq dari Abdul-Rahman bin Saad berkata:
Aku berada di sisi Abdullah bin Umar lalu kaki Abdullah bin Umar kesemutan.
Saya berkata kepadanya, Wahai
Abu Abd al-Rahman apa yang menimpa kakimu.
Beliau mengatakan
Sarafnya berkumpul dari sini .
Saya katakan, Panggillah orang yang paling engkau cintai
Lalu beliau berkata . Anda, wahai
Muhammad.
Lalu kakinya bisa terjulur.
Redaksi hadis tsb berbeda
dengan jelas bukan samar lagi dengan hadis yang pertama tadi sbb:
عن عبد الرحمن بن سعد (
القرشي العدوي ) قال : خدرت
رجل بن عمر
فقال
له رجل
اذكر
أحب
الناس
إليك
، فقال : “ يا
محمد…………. “ )
Dari Abd Rahman bin Sa`ad al Qurasyi al adawi berkata: Kaki Ibnu Umar kesemutan, lalu seorang lelaki berkata kepadanya : Sebutlah nama manusia yang paling kamu senangi, lalu beliau berkata : Wahai Muhammad ……………………
Lihat di hadis yang di atas di
katakana:
Saya berkata
kepadanya, Wahai Abu Abd al-Rahman apa yang menimpa kakimu.
Beliau mengatakan
Sarafnya berkumpul dari sini .
Saya katakan, Panggillah orang yang paling engkau cintai
Lalu beliau berkata . Anda, wahai
Muhammad.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Maksud saya di situ adalah Abd rahman bin Sa`d.
Tapi di hadis berikutnya :
Dari Abd Rahman bin Sa`ad al
Qurasyi al adawi berkata: Kaki Ibnu Umar kesemutan, lalu seorang lelaki berkata
kepadanya : Sebutlah nama manusia yang paling kamu senangi, lalu beliau berkata
: Wahai Muhammad ……………………
Disini orang lelaki bukan
Abd rahman bin Sa`d yang berkata untuk memberi saran agar Ibnu Umar menyebut
orang yang paling di cintai.
Hadis terahir ini juga di sebut dalam kitab al adzkar karya Imam
Nawawi juz1 / 305.
الأذكار للنووي – (ج 1 /
ص 305)
وإسناده ضعيف ، قال
السخاوي في " القول البديع " رواه الطبراني وابن عدي وابن السني
والخرائطي في
" مكارم الاخلاق
" وأبو موسى المديني ، وابن بشكول ، وسنده ضعيف.
Sanad hadis tsb lemah. Sakhowi (
salah satu ulama Syafiiyah ) menyatakan dalam kitab al qaulul badi`, HR
Thabrani, Ibnu Ady, Ibn Sunni dan al Khoroithi
dalam kitab Makarim al ahlak, Abu Musa al Madini dan Ibn Basykul, sanadnya lemah.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Dalam
sanad ini ada dua kelemahan bukan satu, yaitu Zuhair yang sudah kabur
hapalannya bukan ketika hapalannya masih kuat mendengar hadis tsb dari Ibn
Ishak, juga sisi Ibnu Ishak sendiri yang mudallis. Sudah tentu bukan satu
perawi yang lemah tapi dua perawi yang berkumpul dalam satu jalur periwayatan. Jadi hukumnya sangat lemah.
Anda menyatakan lagi:
7.
Israil
dari Abi Ishaq dari al-Haitsam bin Hans, seperti riwayat Ibnu Sunni dalam Amal
al- Yaum Wa al-lailah.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Arabnya sbb:
عمل اليوم والليلة لابن السني – (ج 1 / ص 321)
حدثنا محمد بن خالد بن
محمد البرذعي ، ثنا حاجب بن سليمان ، ثنا محمد بن مصعب ، ثنا إسرائيل ، عن أبي
إسحاق ، عن الهيثم بن حنش ، قال : كنا عند عبد الله بن عمر رضي الله عنهما ، فخدرت
رجله ، فقال له رجل : « اذكر أحب الناس إليك . فقال : يا محمد صلى الله عليه وسلم
. قال : فقام فكأنما نشط من عقال (1) »
Bercerita kepada kami Muhammad bin Khalid bin Muhammad Barda`i,
bercerita kepada kami Hajib Bin Sulaiman, Mohamed Ben-Mus`ab bercerita kepada kami Israel, dari Abu Ishaq,
dari al-Haytsam bin
Hanash, mengatakan: Kami di sisi ‘Abd-Allah ibn’
Umar ra, lalu kakinya kesemutan, lalu
orang lelaki berkata
kepadanya: «
sebutlah orang yang paling kamu sukai . Dia
berkata: Wahai Muhammad, saw.
Perawi berkata : Dia berdiri seolah-olah dia terlepas dari ikatan (1) »
Komentarku ( Mahrus ali ):
والهيثم بن حنش مجهول
العين، قال الخطيب في (الكفاية ص88)
«
المجهول عند أصحاب الحديث كل من لم يشتهر بطلب العلم في نفسه، ولا عرفه العلماء
به» وذكر منهم الهيثم بن حنش.
أحاديث يحتج بها الشيعة
آخر نسخة – (ج 1 / ص 232)
Al haitsam bin Hansy adalah perawi yang tidak di kenal
identitasnya. Al Khathib berkata dalam kitab al Kifayah, hal 88. Orang yang
majhul ( tidak di kenal ) menurut ahli hadis adalah setiap orang yang tidak di
kenal dlm mencari ilmu oleh para ulama . Di antara mereka adalah Al haitsam bin Hanasy. Lihat ahadis yahtajju biha Syi`ah, 232/1
Komentarku ( Mahrus ali ):
Biasanya para ulama ahli
hadis bukan ulama ahli fikih bila ada perawi yang tidak di kenal bukan perawi
yang mashur, hadisnya di tinggalkan atau di katakana palsu bukan lemah, hasan
atau sahih.
Hadis itu di sebut dalam kitab:
الكلم الطيب [ جزء
1 – صفحة 173 ]
236 – عن الهيثم بن حنش قال :
الأذكار النووية- يحيى بن شرف النووي ص 305 :
236 – عن الهيثم بن حنش قال :
الأذكار النووية- يحيى بن شرف النووي ص 305 :
Al kalimut thoyyib, juz 1, hal 173.
Al adzkar an nawawiyah, Yahya bin Syaraf an nawawi, hal 305.
Dan di katakana lemah pula.
Anda,menyatakan lagi:
8.
Abu
Bakar bin Ayyasy dari Abi Ishaq dari Abi Syu’bah, diantara yang meriwayatkan
melalui jalur ini adalah Ibnu Taimiyah dalam al-Kalim al-Thayyib, Ibn-Qayyim
Al-Jauziyyah dalam al-Wabil al-Shayyib dan al-Syaukani dalam Tuhfah
al-Dzakirin, dimana ketiganya adalah ulama rujukan Mahrus Ali, juga meriwatkan
dari jalur yang sama.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Untuk jalur terahir ini telah saya jelaskan
kelemahannya dalam buku karya saya: “Sesat tanpa sadar” . 191-192.
Empat jalur yang anda gunakan itu jelas lemahnya bukan sahih.
Dan anda tahu bahwa orang –
orang syi`ah juga menggunakan hadis tsb dlm memperbolehkan memanggil – manggil
pada orang mati atau auliya` yang sudah meninggal dunia.Lihat dalam kitab
ahadis yahtajju biha syi`ah.
Anda menyatakan lagi:
Sanad hadits di atas yang selalu ditampilkan oleh Mahrus Ali untuk
dijadikan sebagai landasan. Tim LBM Jember menduga bahwa dengan memasukkannya
Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim akan hadits ini ke dalam kitabnya, cukup sebagai
bantahan untuk membantah pernyataan Mahrus Ali dan bisa mcmbuat dia sadar akan
kesalahan yang telah dia perbuat. Namun dugaan tersebut ternyata salah total
dan kenyataannya berbalik 180 derajat, bukannya sadar dan mengakui
kisalahannya, Mahrus Ali malah menyalahkan Ibnu Taimiyah yang notabene panutan
utama kaum Wahabi.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Saya Mahrus ali bukan ikut
figur public atau figur suku, ajaran golongan, ajaran leluhur yang islami atau
kufri tapi saya ikut dalil dari al quran atau hadis yang sahih bukan hadis
lemah. Anda membawa dalil yang sahih akan saya ikuti karena menghormati dalil
bukan mengejeknya atau menyepelekannya. Anda
tidak bawa dalil tapi akal
akalan, main teori falsafah, mantik atau berdasarkan pendapat leluhur tanpa dalil
maka saya akan menolaknya dan saya tetap
konsis pada dalil sekalipun manusia melepaskannya. Saya sama dengan Ibnu
Taimiyah, Imam Syafii atau Imam Asy`ari bukan karena ketokohan mereka tapi
karena mereka mengikuti dalil.Bila mereka tidak punya dalil, saya akan
bersebrangan dan saya tidak akan ikut mereka.
Imam Syafii
menyatakan :
إذَا
صَحَّ الْحَدِيثُ فَاضْرِبُوا بِقَوْلِي الْحَائِطَ وَإِذَا رَأَيْت الْحُجَّةَ
مَوْضُوعَةً عَلَى الطَّرِيقِ فَهِيَ قَوْلِي .
Bila ada hadis sahih,
maka lemparkan perkataanku ke tembok .
Bila kamu lihat hujjah telah berada di jalan, maka itulah perkataan ku
لاَ تُقَلِّدْ دِينَك الرِّجَالَ فَإِنَّهُمْ لَنْ
يَسْلَمُوا مِنْ أَنْ يَغْلَطُوا .
Dalam masalah
agama,jangan ikut orang, sebab mereka
mungkin juga salah .
Imam Malik berkata :
إنَّمَا
أَنَا بَشَرٌ أُصِيبُ وَأُخْطِئُ فَاعْرِضُوا قَوْلِي عَلَى الْكِتَابِ
وَالسُّنَّةِ
Aku hanyalah manusia, terkadang
pendapatku benar, di lain waktu kadang salah . Karena itu, cocokkan perkataanku
ini dengan kitabullah dan hadis Rasulullah .
Anda menyatakan:
Seandainya kita berpendapat bahwa hadits di atas dengan kitiga
jalur sanadnya adalah dha’if, hadits tersebut masih tetap bisa dijadikan
pijakan, sebab antara hadits yang satu dengan yang lain bisa saling menguatkan,
sehingga posisinya naik pada peringkat selanjutnya, yaitu hasan. Bahkan ada
seorang ulama bernama Majdi Ghassan yang menulis satu risalah khusus mengkaji
hadits ini, dan ia namakan al- Qaul al-Fashl al-Musaddad Fi Sihhah Hadits Ya
Muhammad.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Sebetulnya hadis lemah bisa naik ke peringkat hadis
hasan bukan sebaliknya ini ide ulama
belakangan ini, bukan ulama ahli hadis yang dahulu seperti Bukhari, Muslim, Ahmad atau Nasa`I,
walaupun demikian ia bukan menjadi kesepakatakn ulama ahli hadis, ia hanya pendapat sebagian mereka saja.
Lihat perkataan Jamal bin Muhammad assayyid sbb:
وذهب جماعة إلى أن
الحديث يقوى بمجموع طرقه، ويصل إلى درجة الحسن، قال ذلك: العلائي5، والقسطلاني6،
والسخاوي7، و القاسمي8، وغيرهم.
Segolongan ulama berpendapat bahwa hadis itu menjadi kuat dengan
jalur – jalurnya secara keseluruhan, da
bisa naik ke derajat Hasan. Demikian apa yang di katakana oleh Al ala`I, Qasthalani, Sakhawi, Al Qasimi
dll. Lihat Ibn Qayyim wajuhuduhu fi khidmatis sunnah 528/1
Namun bila jalur – jalur itu memiliki kelemahan yang sama bukan
kelemahan yang beda- suatu misal hanya dari kelemahan satu perawi saja, maka jalur – jalur yang
banyak tidak bisa mengangkat ke derajat hasan.Lihat ulasan sbb:
التبيين لجهالات الدكتور
- (ج 1 / ص 270)
فإن كثرة الطرق الضعيفة ترتقي
بالحديث إلى درجة الحسن، أو الصحة، إذا كان مواضع الضعف فيها مختلفة، أما إذا كان
مدار الطرق كلها على رجل مختلف فيه، فإن تعدد الطرق حينئذ لا اعتبار له.. وهذا هو
الواقع في الإسناد الذي أورده عن أبي يعلى
Sesungguhnya banyaknya jalur periwayatan yang lemah bisa menaikkan
ke derajat Hasan atau sahih bila letak
kelemahannya berbeda. Namun bila pusat kelemahannya sama untuk satu orang lelaki yang masih
hilap. Maka banyak jalur periwayatan tiada gunanya. Inilah kenyataan dalam
sanad yang di cantumkan dari Abu Ya`la. Lihat attabyin lijahalatit doctor 270/1
Komentarku ( Mahrus ali ):
Jalur – jalur yang
anda sebutkan untuk hadis Ibnu Umar memanggil Muhammad ketika kaki kesemutan
itu banyak bukan sedikit, namun satu
kelemahan pada seorang lelaki yang bernama Abu Ishak atau Ibnu Ishak bukan
orang lain. Karena itu, jalur yang banyak itu tidak ada gunanya dan hadis tetap
lemah – tidak terangkat menjadi hasan, apalagi sahih yang bisa di buat pegangan. Pahamilah ini dan jangan di
abaikan.
Hadis tentang Ibnu Umar
memanggil Rasul itu juga bertentangan dengan ayat:
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ
يَدْعُو مِنْ دُونِ اللهِ مَنْ لاَ يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ
Dan siapakah yang lebih sesat
daripada orang yang berdoa kepada selain
Allah yang tiada dapat memperkenankan (do`a) nya sampai hari kiamat dan mereka
lalai dari (memperhatikan) do`a mereka? Al ahqaf
5.
Dalam buku membongkar ...............karya
LBMNU Jember terdapat keterangan yang memperbolehkan memanggil mayat nabi atau
wali . pada hal ayat itu menyatakan orang yang melakukan hal itu paling
sesat bukan paling lurus, bertentangan
dengn ayat yang mesti benarnya sebagaiman ayat :
لاَ يَأْتِيهِ
الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلاَ مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ
حَمِيدٍ
Yang
tidak datang kepadanya (Al Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari
belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. Fusshilat24
Read more: http://mantankyainu.blogspot.com/2011/12/mahrus-ali-meluruskan-kesesatan-anggota.html#ixzz1xfguQEIc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar