Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimiin rahimahullah berkata :
.....والمصحف
يتضمن كلام الله، وكلام الله تعالى من صفاته، وهو -أعني كلام الله- صفة ذاتية
فعلية؛ لأنه بالنظر إلى أصله وأن الله لم يزل ولا يزال موصوفاً به، لأن الكلام
كمال فهو من هذه الناحية من صفات الله الذاتية، إذ لم يزل ولا يزال متكلماً فعالاً
لما يريده، وبالنظر إلى آحاده يكون من الصفات الفعلية، لأنه يتكلم متى شاء، قال
الله تعالى إنما أمره إذا أراد شيئاً أن يقول له كن فيكون، فقرن القول بالإرادة،
وهو دليل على أن كلام الله يتعلق بإرادته ومشيئته سبحانه وتعالى، والنصوص في هذا
متضافرة كثيرة وأن كلام الله تحدث آحاده حسب ما تقتضيه حكمته.......
فإذا كان المصحف يتضمن كلام الله، وكلام
الله تعالى من صفاته، فإنه يجوز الحلف بالمصحف بأن يقول الإنسان:
"والمصحف" ويقصد ما فيه من كلام الله عز وجل، وقد نص على ذلك فقهاء
الحنابلة رحمهم الله، ومع هذا فإن الأولى للإنسان أن يحلف بما لا يشوش على
السامعين، بأن يحلف باسم الله عز وجل، فيقول: "والله"، "ورب
الكعبة"، أو "والذي نفسي بيده"، وما أشبه ذلك من الأشياء التي لا
تستنكرها العامة ولا يحصل لديهم فيها تشويش.
“….Mushhaf
memuat Kalaamullah, dan Kalaamullah ta’alaa itu termasuk di
antara sifat-sifat-Nya. Ia – yaitu Kalaamullah – adalah sifat dzaatiyyah
fi’liyyah, karena melihat dari asalnya. Dan Allah masih dan senantiasa
disifati dengannya, karena sifat al-kalaam merupakan kesempurnaan. Kalaamullah
dari sisi ini termasuk sifat-sifat dzaatiyyah Allah, karena Allah
masih dan senantiasa berbicara mengerjakan apa yang diinginkan-Nya. Allah ta’ala
berfirman : ‘Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu
hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia’ (QS.
Yaasiin : 82). Perkataan dalam ayat tersebut diiringi dengan kehendak, sehingga
ia merupakan dalil bahwa Kalaamullah itu bergantung pada keinginan-Nya
dan kehendak-Nya subhaanahu wa ta’ala. Nash-nash yang berbicara tentang
permasalahan ini sangat banyak, dan bahwasannya Kalaamullah terjadi
sesuai dengan kehendak dan hikmah-Nya…….
Jika mushhaf itu
mencakup Kalaamullah, sedangkan Kalaamullah ta’ala termasuk di
antara sifat-sifat-Nya, maka boleh bersumpah dengan mushhaf, yaitu
seseorang berkata : ‘Demi mushhaf’. Yang dimaksudkan padanya adalah Kalaamullah
‘azza wa jalla. Hal itu telah dikatakan para fuqahaa’ madzhab
Hanaabilah rahimahumullah. Namun, seseorang hendaknya tetap bersumpah
dengan sesuatu yang tidak mengganggu (membuat salah paham) orang yang
mendengarnya. Misalnya bersumpah dengan nama Allah ‘azza wa jalla
dengan perkataan : ‘Demi Allah’, ‘Demi Rabb Ka’bah’. Atau : ‘Demi
Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya’. Dan yang serupa dengan itu yang tidak
dibenci orang-orang dan tidak menimbulkan salah paham pada mereka…” [selengkapnya
: http://www.islamway.com/?iw_s=Fatawa&iw_a=view&fatwa_id=12480].
Ada sebuah pertanyaan yang
dilontarkan kepada Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Muhammad Al-Ghunaimaan hafidhahullah
:
قلت في الدرس الماضي: إنه يجوز الحلف
بالمصحف، فما الدليل على ذلك؟
“Anda berkata
dalam pelajaran yang lalu : Diperbolehkan mengucapkan sumpah dengan mushhaf.
Apa dalil yang melandasi hal itu ?
Beliau menjawab :
لأن القرآن صفة من صفات الله، وليس المراد
بالمصحف الورق والحبر، وإنما المراد: الكلام الذي فيه وهو كلام الله، والحلف يكون
بالله أو بصفة من صفاته
“Karena Al-Qur’an
termasuk salah satu sifat di antara sifat-sifat Allah. Bukanlah yang
dimaksudkan dengan mushhaf itu adalah kertas dan tinta, akan tetapi yang
dimaksudkan hanyalah al-kalaam (firman Allah) yang terdapat di dalamnya,
yaitu Kalaamullah. Dan sumpah itu dilakukan dengan menyebut nama Allah
atau salah satu sifat dari sifat-sifat-Nya” [Syarh Al-‘Aqiidah
Al-Waasithiyyah, hal. 25].
Ibnu Qudaamah rahimahullah
berkata :
وكان قتادة يحلف بالمصحف، ولم يكره ذلك
إمامنا، وإسحاق، لأن الحالف بالمصحف إنما قصد الحلف بالمكتوب فيه وهو
القرآن.......
“Qataadah pernah
bersumpah dengan mushhaf. Hal itu tidaklah dibenci oleh imam kami,
(yaitu Ahmad bin Hanbal) dan Ishaaq, karena orang yang bersumpah dengan mushhaf,
yang ia maksud hanyalah bersumpah dengan apa yang tertulis di dalamnya, yaitu
Al-Qur’an…..” [Al-Mughniy, lihat : http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?bk_no=15&ID=6809&idfrom=6931&idto=7005&bookid=15&startno=23].
Dan inilah
riwayat Al-Imaam Ahmad dan Ishaaq :
Al-Imaam Ishaaq
bin Rahawaih pernah bertanya kepada Al-Imaam Ahmad bin Hanbal rahimahumallaah
:
تكره أن يحلف الرجل بالمصحف؟
“Apakah engkau
membenci seseorang yang mengucapkan sumpah dengan mushhaf ?”.
Beliau menjawab :
لا أكره ذلك، بل يغلظ عليه بكل ما يقدره
“Aku tidak
membencinya, bahkan ia boleh menguatkan sumpahnya itu dengan apa saja yang ia
mampu”.
Dan kemudian
Ishaaq pun berpendapat sebagaimana yang dikatakan oleh Ahmad rahimahumallah [Masaailu
Al-Imaam Ahmad wa Ishaaq bin Rahawaih, Riwaayaat Ishaaq bin Manshuur, 1/616
no. 1725].
Pembolehan ini
difatwakan juga oleh Asy-Syaikh Bakr bin ‘Abdillah Abu Zaid, Asy-Syaikh
Al-Albaaniy rahimahumallah, dan Asy-Syaikh ‘Abdul-Muhsin Al-‘Abbaad hafidhahullah
[lihat : http://kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=26146].
أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي
بَكْرِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ، قَالَ: إِنَّ فِي الْكِتَابِ
الَّذِي كَتَبَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعَمْرِو بْنِ
حَزْمٍ: " لا يَمَسُّ الْقُرْآنَ إِلا طَاهِرٌ "
Telah mengkhabarkan
kepada kami ‘Abdullah bin Abi Bakr bin Muhammad bin ‘Amru bin Hazm, ia berkata
: “Sesungguhnya dalam kitab yang ditulis Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam kepada ‘Umar bin Hazm tertulis (sabda beliau) : ‘Al-Qur’an tidak
boleh disentuh kecuali oleh orang-orang yang suci” [Diriwayatkan oleh
Maalik no. 296; sanad ini mursal, namun shahih dengan keseluruhan
jalannya – lihat Irwaaul-Ghaliil 1/158-161 no. 122].
Sisi
pendalilannya adalah yang dimaksud dengan lafadh Al-Qur’an dalam hadits di atas
mencakup mushhaf sebagaimana masyhur pengertian ini di kalangan salaf.
Walhasil, dalam
permasalahan ini walau diperbolehkan bersumpah dengan menyebut mushhaf
menurut pendapat yang raajih, maka tetap lebih hati-hati jika kita tetap
menggunakan lafadh-lafadh yang dipahami oleh orang-orang (pendengar)
sebagaimana dijelaskan oleh Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah.
Semoga sedikit
uraian ini dapat menambah apa yang telah ada, dan menjadikannya bermanfaat bagi
saya dan rekan-rekan semua.
Wallaahu a’lam
bish-shawwaab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar