
1. Al-Washiyyah.
2. Al-Fiqhul-Absath.
3. Al-Fiqhul-Akbar.
Namun, di kalangan muhaqqiq terdapat pembicaraan mengenai kebenaran nisbah kitab-kitab
tersebut kepada Al-Imam Abu Hanifah rahimahullah.
Berikut penjelasannya :
1. Kitab Al-Washiyyah.
Sebagian ulama Hanafiyyah muta’akhkhiriin beranggapan bahwa
Al-Imam Abu Hanifah An-Nu’maan telah menuliskan sebuah kitab menjelang
wafatnya, seperti halnya sebuah wasiat, kepada para shahabatnya. Kitab tersebut
berisi tentang permasalahan ushuuluddiin
(pokok-pokok agama). Ia merupakan ‘aqidah yang dipegang oleh (sebagian)
kalangan Hanafiyyah. Berkata Al-Murtadlaa Az-Zubaidiy :
وذكر هذه الوصية بتمامها الإمام صارم المصري في (نظم الجمان) ومن المتأخرين
القاضي تقي الدين التميمي في (الطبقات السنية)
“(Kitab) Al-Washiyyah ini disebutkan secara lengkap oleh Al-Imam Shaarim
Al-Mishriy dalam Nadhmul-Jumaan, dan
dari kalangan muta’akhkhiriin adalah
Al-Qaadliy Taqiyyuddin At-Tamiimiy dalam Ath-Thabaqaatus-Saniyyah”.
Benarkah
kitab ini shahih dinisbatkan kepada Abu Hanifah ?
Pertama : Kitab ini
diriwayatkan melalui jalan Abu Thaahir Muhammad bin Al-Mahdiy Al-Husainiy, dari
Ishaaq bin Manshuur Al-Mis-yaariy, dari Ahmad bin ‘Aliy As-Sulaimaniy, dari
Haatim bin ‘Aqiil Al-Jauhariy, dari Abu ‘Abdillah Muhammad bin Simaa’ah
At-Tamimiy, dari Abu Yusuf, dari Al-Imam Abu Hanifah.
Sanad riwayat ini secara
berturut-turut terdapat beberapa perawi majhul,
yaitu : Muhammad bin Al-Mahdiy Al-Husainiy, Ishaq Al-Mis-yaariy, Ahmad
As-Sulaimaniy, dan Haatim Al-Jauhariy. Keempat orang tersebut adalah majhul yang tidak ditemukan biografinya
dalam kitab-kitab rijaal, bahkan
dalam kitab-kitab Thabaqaat Al-Hanafiyyah.
Dengan keadaan sanad seperti ini, tidak mungkin kitab Al-Washiyyah dinisbatkan kepada Al-Imam Abu Hanifah rahimahullah.
Kedua : Dalam kitab
ini terdapat banyak hal yang bertentangan dengan i’tiqad Ahlus-Sunnah
wal-Jama’ah. Bahkan bertentangan dengan yang ternukil secara ma’ruf dari Abu Hanifah dalam kitab Al-‘Aqiidah Ath-Thahawiyyah – dimana ia
merupakan nukilan yang lebih shahih dari periwayatan ‘aqidah beliau dan dua
orang shahabatnya (abu Yusuf dan Muhammad bin Al-Hasan) rahimahumullah. Isi kitab Al-Washiyyah
ini berkesesuaian dengan ‘aqidah Asy’ariyyah yang merupakan ‘aqidah yang
baru muncul lebih dari satu setengah abad setelah wafatnya Abu Hanifah. Abu
Hanifah berlepas diri dari kitab ini dan apa-apa yang diadakan setelah wafat
beliau yang menyelisihi ushul ‘aqidah Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah.
Dengan dua faktor di atas, maka
tidak boleh kita menisbatkan kitab Al-Washiyyah
dan apa-apa yang terdapat di dalamnya kepada Al-Imam Abu Hanifah rahimahullah.
2. Kitab Al-Fiqhul-Absath.
Para muhaqqiq juga menegaskan bahwa Al-Imam
Abu Hanifah rahimahullah tidak
menulis kitab yang berjudul Al-Fiqhul-Absath.
Kitab dikenal dengan nama ini diriwayatkan oleh Abu Muthi’ Al-Balkhiy, dari Abu
Hanifah, namun dengan nama/judul Al-Fiqhul-Akbar
(sebagaimana dinukil Ibnu Taimiyyah dalam Al-Hamawiyyah 5/46, Ibnul-Qayyim dalam Ijtimaa’ul-Juyuusy hal. 76, dan Adz-Dzahabiy dalam Al-‘Uluuw hal. 135 – dimana mereka
menamakan dengan Al-Fiqhul-Akbar).
Tidak dikenal dengan nama Al-Fiqhul-Al-Absath, kecuali dari
sebagian ulama Hanafiyyah muta’akhkhiriin
seperti Al-Bayaadliy dalam kitabnya Isyaaraatul-Maraam,
Az-Zubaidiy dalam Ittihaafus-Saadatil-Muttaqiin
– dimana keduanya lebih mengutamakan nama Al-Fiqhul-Absath
(dari riwayat Abu Muthi’ Al-Balkhiy), daripada Al-Fiqhul-Akbar yang berasal dari riwayat Hammaad bin Abi Haniifah.
Adapun Abu Muthii’ Al-Balkhiy, ia
adalah Al-Hakam bin ‘Abdillah Al-Balkhiy, termasuk perawi hadits yang dla’if. Bahkan dituduh memalsukan
(hadits). Al-Haafidh Ibnu Hajar dalam Lisaanul-Miizaan
(2/335) berkata : “Telah berkata Abu Haatim Ar-Raaziy : Ia seorang Murji’ lagi
pendusta”. Al-Haafidh Adz-Dzahabiy menegaskan bahwa Al-Balhkiy ini telah
melasukan hadits. Abu Dawud berkata : “Ia seorang Jahmiy”. Dan yang lainnya.
Intinya, ia merupakan seorang perawi yang lemah, bahkan sangat lemah menurut
jumhur ahli hadits.
Kitab ini dianggap sebagai kitab mu’tamad bagi kalangan Hanafiyyah
Maturidiyyah. Berkata Asy-Syaikh Dr. Muhammad bin ‘Abdirrahman Al-Khumais :
ويظهر أن الكتاب من تخريج أبي مطيع على كلام أبي حنيفة, فما فيه من مخالف
لما قرره أبو جعفر الطحاوي في عقيدته التي نقلها عن أبي حنيفة وأبى يوسف ومحمد بن
الحسن فنجزم أن أبا مطيع كذب على أبي حنيفة، إلا إذا خالف بدعة أبي مطيع في التجهم
و تعطيل الصفات فنقبلها إذ ليس فيها نصرة لمذهبه
“Yang nampak adalah bahwa kitab
ini dikeluarkan oleh Abu Muthi’ (Al-Balkhiy) dari perkataan Abu Hanifah. Adapun
yang terdapat pada kitab tersebut menyelisihi apa-apa yang ditegaskan oleh Abu
Ja’far Ath-Thahawiy dalam kitab ‘aqidahnya (Al-‘Aqidah
Ath-Thahawiyyah) yang ia nukil dari (perkataan) Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan
Muhammad bin Al-Hasan. Oleh karena itu, kami memastikan bahwa Abu Muthi’ telah
berdusta atas nama Abu Hanifah dalam hal ini. Terkecuali bila terdapat
penyelisihan bid’ah Abu Muthi’ dalam tajahhum
(paham Jahmiyyah) dan ta’thil
(peniadaan) shifat Allah; maka kami menerimanya jika memang tidak ada faktor
pembelaan terhadap madzhab (bid’ah)-nya”.
3. Kitab Al-Fiqhul-Akbar.
Kitab Al-Fiqhul-Akbar adalah kitab yang paling masyhur dibandingkan
kitab-kitab sebelumnya. Kitab ini lebih berkesesuaian dengan ‘aqidah
Ahlus-Sunnah dibanding dua kitab sebelumnya. Namun para muhaqqiq pun memberikan kritikan atas penisbatan kitab ini pada Abu
Hanifah. Kitab Al-Fiqhul-Akbar dibawakan
melalui riwayat Hammad bin Abi Hanifah, dari Hammaad diriwayatkan oleh ‘Aashim
bin Yusuf Al-Balkhiy, dan dari ‘Aashim diriwayatkan oleh Muhammad bin Muqaatil.
Ketiga orang ini termasuk jajaran perawi yang dla’if, sebagaimana dijelaskan oleh Adz-Dzahabi rahimahullah dalam Al-Miizaan.[1][1]
Inilah sedikit informasi yang dapat disampaikan
kepada para Pembaca. Apa yang ternukil di atas hanya merupakan ringkasan saja
dari pembahasan para muhaqqiqiin.
Lebih dan kurangnya mohon dimaafkan, dan… semoga ada manfaatnya.
Abu Al-Jauzaa’ –
Perumahan Ciomas Permai, Bogor.
Artikel terkait : APAKAH KITAB AL-FIQHUL-AKBAR MERUPAKAN KARYA AL-IMAM ABU
HANIFAH ?
[1][1] Di kalangan ulama
ada dua penisbatan riwayat kitab Al-Fiqhul-Akbar.
Pertama dari riwayat Abu Muthi’ Al-Balkhiy yang kemudian lebih terkenal di
kalangan Hanafiyyah dengan nama Al-Fiqhul-Absath;
dan kedua, dari riwayat Hammaad bin Abi Hanifah (yang tetap dengan nama Al-Fiqhul-Akbar). Wallaahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar