‘Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy, Muslim, At-Tirmidziy, dan An-Nasaa’iy’. Saya yakin banyak di antara rekan-rekan pernah membaca tulisan seperti ini. Apa artinya ?. Artinya adalah, hadits yang dimaksudkan telah diriwayatkan dan dibawakan oleh imam-imam tersebut dalam kitabnya, yaitu Shahih Al-Bukhaariy, Shahiih Muslim, Sunan At-Tirmidziy, dan Sunan An-Nasaa’iy. Sebenarnya, nama kitab-kitab tersebut tidak ‘betul-betul amat’ seperti itu, walau kalau ditulis demikian, juga bukan merupakan kekeliruan. Berikut keterangan singkat yang memberikan informasi tentang nama sebagian kitab hadits
1. Shahih Al-Bukhaariy.
فسماه مؤلفه
البخارى، رحمه الله: الجامع المسند الصحيح المختصر من أمور رسول الله - صلى الله
عليه وسلم - وسننه وأيامه
“Lalu
penulisnya, yaitu Al-Bukhaariy rahimahullah, menamakannya : Al-Jaami’ Al-Musnad Ash-Shahiih Al-Mukhtashar min Umuuri
Rasuulillah shallallaahu ‘alaihi wa sallam wa Sunanihi wa Ayyaamihi”
[Tahdziibul-Asmaa’ wal-Lughah, 1/73; Daarul-Kutub Al-‘Ilmiyyah].
Hal yang sama disebutkan oleh Ibnu Hajar rahimahullah dalam
Hadyus-Saariy, 1/11, Pasal kedua [Daaruth-Thayyibah, Cet. 1/1426].
2. Shahih Muslim.
Tentang
nama kitab ini, Ibnu Shalaah rahimahullah berkata :
روينا عن مسلم
رضي الله عنه قال : صنفت هذا المسند الصحيح من ثلاثمائة ألف حديث مسموعة، وبلغنا
عن مكي بن عبدان، وهو أحد حفاظ نيسابور قال : سمعت مسلم بن الحجاج يقول : لو أن
أهل الحديث يكتبون مائتي سنة الحديث فمدارهم على هذا المسند، يعني - مسنده الصحيح
- .
“Kami
telah meriwayatkan dari Muslim radliyallaahu ‘anhu, bahwasannya ia
berkata : ‘Aku telah menulis Al-Musnad Ash-Shahiih
ini dari 300.000 hadits yang aku dengar’. Dan telah sampai kepada kami dari
Makkiy bin ‘Abdaan, salah seorang huffaadh negeri Naisaabuur, ia berkata
: Aku mendengar Muslim bin Al-Hajjaaj berkata : ‘Seandainya para ahli hadits
menulis hadits selama 200 tahun, maka poros mereka ada pada Musnad ini,
yaitu Musnad-nya
Ash-Shahiih” [Shiyaanatu Shahiih Muslim, hal. 67-68;
Daarul-Gharb Al-Islaamiy, Cet. Thn. 1404 H].
Namun,
ada ulama lain yang menyebutkan nama lain selain yang dikatakan Ibnu Shalaah rahimahullah.
Ibnu
Baththah rahimahullah menamakan : Al-Musnad
Ash-Shahiih bi-Naqlil-‘Adl ‘anil-‘Adl ‘an Rasuulillah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam (المسند الصحيح بنقل العدل عن العدل عن رسول الله صلى الله
عليه وسلم) [Fihrisah Ibni Baththah, hal 67 –
melalui muqaddimah muhaqqiq kitab Shahiih Muslim, hal. 20;
Daaruth-Thayyibah, Cet. 1/1427].
Al-Qaadliy
‘Iyaadl rahimahullah menamai dengan Al-Musnad
Ash-Shahiih Al-Mukhtashar minas-Sunan (المسند الصحيح المختصر من
السنن) [Al-Ghun-yah, hal 35 – idem].
Dalam
kitab Masyaariqul-Anwaar disebutkan dengan nama Al-Musnad Ash-Shahiih Al-Mukhtashar bi-Naqlil-‘Adl
‘anil-‘Adl ilaa Rasuulillah shallallaahu ‘alaihi wa sallam (المسند الصحيح
المختصر بنقل العدل عن العدل إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم) [Al-Masyaariq, 1/22 – idem].
3.
s SUNAN ABU DAAWUD
فإنكم سألتم أن
أذكر لكم الأحاديث التي في كتاب ((السنن)) أهي أصح ما عرفت في الباب.....
“Sesungguhnya
kalian telah meminta agar aku menyebutkan kepada kalian hadits-hadits yang
terdapat dalam kitab As-Sunan, apakah ia
paling shahih sepanjang yang aku ketahui dalam bab…..” [Ar-Risaalah ilaa
Ahli Makkah – melalui perantaraan Tadwiin As-Sunnah An-Nabawiyyah
oleh Dr. Muhammad Az-Zahraaniy, hal. 117. Bisa juga dibaca di : sini].
Para ulama tidak berselisih pendapat atas penamaan kitab ini.[1]
4. Sunan At-Tirmidziy.
Nama yang
masyhur di kalangan ulama adalah Jaami’ At-Tirmidziy. Ibnu Hajar rahimahullah
berkata :
ثُمَّ وَجَدْته
فِي التَّفْسِير مِنْ جَامِع التِّرْمِذِيّ مِنْ هَذَا الْوَجْه فَقَالَ "
عَنْ أَبِيهِ سَمِعْت عُمَر " ثُمَّ قَالَ " حَدِيث حَسَن غَرِيب "
“Kemudian
aku dapati riwayat tersebut dalam Jaami’
At-Tirmidziy dari sisi ini, lalu ia (perawi) berkata : ‘Dari ayahnya
: Aku mendengar ‘Umar’, kemudian At-Tirmidziy berkata : ‘Hadits hasan ghariib”
[Fathul-Baariy, 9/58].
Dinamakan
juga Jaami’ Ash-Shahiih, sebagaimana dikatakan Al-Mubaarakfuriy rahimahullah
berkata :
قال في ((كشف
الظنون)) جامع الصحيح للإمام الحافظ أبي عيسى محمد بن عيسى الترمذي، وهو ثالث
الكتب الستة في الحديث
“Telah
berkata penulis kitab Kasyfudh-Dhunuun : Jaami’
Ash-Shahiih milik Al-Imaam Al-Haafidh Abu ‘Iisaa Muhammad bin ‘Iisaa
At-Tirmidziy. Ia merupakan yang ketiga dari kitab yang enam dalam hadits” [Muqaddimah
Tuhfatul-Ahwadziy, 1/364].
Disebut
juga dengan Al-Jaami’ Al-Kabiir sebagaimana
dikatakan oleh Ibnul-Atsiir dalam Al-Kaamil 7/460 dan Ahmad bin
Al-‘Alaaiy dalam Ahaadiitsul-Mustaghrabah Al-Waaridatu fil-Jaami’ Al-Kabiir
[lihat : Muqaddimah Muhaqqiq Kitaab Al-Jaami’ Al-Kabiir (Dr. Basyaar
‘Awwaad), 1/7; Daarul-Gharb Al-Islaamiy, Cet. 1/1996 M].
5. Sunan An-Nasaa’iy.
قال النسائي :
كتاب السنن كله صحيح وبعضه معلول إلا أنه لم يبين علته والمنتخب منه المسمى
بالمجتبى صحيح كله
“An-Nasaa’iy
berkata : Kitab As-Sunan semua haditsnya
shahih, dan sebagiannya ma’luul. Hanya saja ‘illat-nya itu tidak
nampak. Adapun hadits-hadits yang dipilih dari kitab tersebut, yang dinamakan Al-Mujtabaa, semuanya shahih” [Syarh Sunan
An-Nasaa’iy oleh Muhammad bin ‘Aliy Aadam, 1/27; Daarul-Mi’raaj
Ad-Dauliyyah].
Penulis
kitab Syarh Sunan An-Nasaa’iy menuliskan :
وذكر بعضهم أن
النسائي لما صنف السنن الكبرى أهداه إلى أمير الرملة، فقال له الأمير : أكُلُّ ما
في هذا صحيح ؟. قال : لا، قال : فجرد الصحيح منه فصنف المجتبى، وهو بالباب
الموحدة، قال الزركشي في تخريج الرافعي : ويقال : بالنون أيضا، وقال القاضي تاج
الدين السبكي : سنن النسائي التي هي إحدى الكتب الستة هي الصغرى، لا الكبرى، .....
“Dan
sebagian ulama menyebutkan bahwasannya An-Nasaa’iy ketika telah selesai menulis
As-Sunan Al-Kubraa,
ia menghadiahkannya kepada amir kota Ramalah. Lalu sang
amir berkata kepadanya (An-Nasaa’iy) : ‘Apakah semua hadits dalam kitab ini
shahih ?’. Ia menjawab : Tidak’. Amir berkata : “Maka, pisahkanlah yang shahih
darinya’. Lalu An-Nasaa’iy menulis Al-Mujtabaa.
Az-Zarkasyiy berkata dalam Takhriij Ar-Raafi’iy : ‘Disebut juga dengan Al-Mujtanaa’. Al-Qaadliy Taajuddiin As-Subkiy berkata
: ‘Sunan An-Nasaa’iy yang merupakan salah satu di antara kitab yang enam
adalah Ash-Shughraa, bukan Al-Kubraa” [idem].
Jadi, Sunan
An-Nasaa’iy itu ada dua. Pertama, adalah Sunan Al-Kubraa; dan yang
kedua adalah As-Sunan Ash-Shughraa atau disebut Al-Mujtabaa atau Al-Mujtanaa
yang merupakan pemilihan hadits-hadits shahih oleh An-Nasaa’iy dari Al-Kubraa.[2]
6. Sunan Ibnu Maajah.

7. Musnad Ahmad.
Telah
dituliskan artikel yang membahas kitab ini : Mengenal Musnad Al-Imaam Ahmad.
Itu saja
yang dapat dituliskan. Sedikit memang, tapi semoga ada manfaatnya. Paling
tidak, akan menggugah rasa penasaran kita membaca kitab-kitab hadits, sehingga
kita akan semakin cinta kepadanya.
Wallaahu
a’lam.
[abul-jauzaa’
– sardonoharjo, ngaglik, sleman, yk – banyak mengambil faedah dari kitab Tadwiin
As-Sunnah An-Nabawiyyah karya Dr. Muhammad Az-Zahraaniy].
Abu
Al-Jauzaa
[1]
Sebagaimana dikatakan Syu’aib Al-Arna’uth dan Muhammad Al-Kaamil dalam muqaddimah
tahqiiq kitab Sunan Abi Daawud, 1/44 [Daarur-Risaalah, Cet. 1/1430
H.
[2]
Lihat juga : Syuruuth Al-Aimmatis-Sittah oleh Al-haafidh Muhammad bin
Thaa hir Al-Maqdisiy, hal. 12 (muqaddimah); Daarul-Kutub Al-‘Ilmiyyah,
Cet. 1/1405 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar