Kamis, 14 Juni 2012

Jawaban telak untuk TIM LBMNU Jember dan Sarkub


Luqman Firmansyah  December 13th, 2011 .berkata: Kesalahan Mahrus Ali Dalam Menilai Hadits Ibnu Umar Tentang Istighatsah dan Tawassul
.Serial Akidah: Jawaban Terhadap Kebohongan Buku-buku Mahrus Ali 
عن اِبن عمررضي الله عنه انّه خدرت رجله فقيل له: اُذكر احبّ النّاس اِليك، فقال: يا محمّد، فكانّما نشط من عقال
“Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA bahwa suatu ketika kaki beliau terkena mati rasa, maka salah seorang yang hadir mengatakan kepada beliau: “Sebutkanlah orang yangpaling Anda cintai!”. Lalu Ibnu Umar berkata: “Ya Muhammad”. Maka seketika itu kaki beliau sembuh.”
Hadits ini dengan tegas menyatakan akan kebolehan tawassul  dan istighatsah dengan dzat Nabi Muhammad SAW setelah beliau wafat. Abdullan bin Umar melakukan hal tersebut setelah Rasulullah SAW wafat. Sehingga hadits ini menunjukkan bahwa bertawassul dan ber-istighatsah dengan Rasulullah SAW setelah beliau wafat bukanlah termasuk perbuatan syirik meskipun dengan menggunakan redaksi nida’ (memanggil).
Apa Komentar Mahrus Ali?
Dalam bukunya Sesat Tanpa Sadar, Mahrus Ali melakukan kebohongan ilmiah. Dia berkata dalam bukunya :
“Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani menyatakan bahwasanya hadits tersebut lemah, dalam kitabnya Dhaifu al-Adab al-Mufrad 148/964 dari Abdurrahman bin Sa’ad berkata…dst. ini juga lemah.” (al-Kalim al-Thayyib, 173/1).

Selanjutnya tetap di halaman yang sama Mahrus Ali mengatakan:
“Sanad hadits ini menurut Ibnu Sunni sebagai berikut: “Muhammad bin Ibrahim al-Anmati dan Amr bin al-Junaid bin Isa menceritakan kepadaku, keduanya berkata Muhammad bin Khaddasi bercerita kepada kami, Abu Bakar bin Ayyasy bercerita kepada kami, Abu Ishaq al-Sabi’i bercerita kepada kami dari Abu Syu’bah.” (Lihat buku “Sesat Tanpa Sadar” karangan Mahrus Ali, halaman 191-192).

Inti dari pernyataan Mahrus di atas adalah bahwa hadits Ibnu Umar tersebut tidak bisa dijadikan landasan dengan alasan dha’if, itupun tidak ada kejelasan riwayat. Kami akan tampilkan beberapa riwayat dari jalur yang berbeda, agar semua bisa menjadi jelas.

Tanggapan Kami

Kalau kita mau jujur dengan merujuk pada literatur- literatur hadits maka kita akan menemukan penjelasan yang berbeda 180 derajat dengan yang dikatakan Mahrus. Hadits tersebut diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad (hal. 324), al-Hafizh Ibrahim al-Harbi dalam Gharibul-Hadits (II/673-674), al-Hafizh Ibnu al-Sunni dalam ‘Amalul-Yaum wal- Lailah (hal. 72-73), bahkan Ibnu Taimiyah —ideolog pertama aliran Wahabi— dalam kitabnya al-Kalim al-Thayyib (hal. 88), menganjurkan untuk mengamalkan isi hadits ini.

Hadits di atas juga diriwayatkan melalui empat jalur:
1.    Sufyan al-Tsauri dari Abi Ishaq al-Sabi’i dari Abdurrahman bin Sa’ad, seperti yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adab al Mufrad.
2.    Zuhair bin Mu’awiyah dari Abu Ishaq dari Abdurrahman bin Sa’ad, yang meriwayatkan melalui jalur ini diantaranya Ibnu Sa’ad dalam al-Thabaqat, Ibrahim al-Harbi dalam Gharib al-Hadits, Ibnu Ja’ad dalam Musnad-nya, Ibnu Sunni dalam Amal al-Yaum Wa al-Lailah, Ibnu Asakir dalam Tarikh-nya, demikian juga al-Hafizh al-Mizzi dalam Tahdzib al-Kamal.
3.    Israil dari Abi Ishaq dari al-Haitsam bin Hans, seperti riwayat Ibnu Sunni dalam Amal al- Yaum Wa al-lailah.
4.    Abu Bakar bin Ayyasy dari Abi Ishaq dari Abi Syu’bah, diantara yang meriwayatkan melalui jalur ini adalah Ibnu Taimiyah dalam al-Kalim al-Thayyib, Ibn-Qayyim Al-Jauziyyah dalam al-Wabil al-Shayyib dan al-Syaukani dalam Tuhfah al-Dzakirin, dimana ketiganya adalah ulama rujukan Mahrus Ali, juga meriwatkan dari jalur yang sama.

Sanad hadits di atas yang selalu ditampilkan oleh Mahrus Ali untuk dijadikan sebagai landasan. Tim LBMJember menduga bahwa dengan memasukkannya Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim akan hadits ini ke dalam kitabnya, cukup sebagai bantahan untuk membantah pernyataan Mahrus Ali dan bisa mcmbuat dia sadar akan kesalahan yang telah dia perbuat. Namun dugaan tersebut ternyata salah total dan kenyataannya berbalik 180 derajat, bukannya sadar dan mengakui kisalahannya, Mahrus Ali malah menyalahkan Ibnu Taimiyah yang notabene panutan utama kaum Wahabi.

Seandainya kita berpendapat bahwa hadits di atas dengan kitiga jalur sanadnya adalah dha’if, hadits tersebut masih tetap bisa dijadikan pijakan, sebab antara hadits yang satu dengan yang lain bisa saling menguatkan, sehingga posisinya naik pada peringkat selanjutnya, yaitu hasan. Bahkan ada seorang ulama bernama Majdi Ghassan yang menulis satu risalah khusus mengkaji hadits ini, dan ia namakan al- Qaul al-Fashl al-Musaddad Fi Sihhah Hadits Ya Muhammad.

Wallahu a’lam
(Ditulis kembali dan dipublikasikan oleh Tim Sarkub dari Buku Kiai NU atau Wahabi yang Sesat Tanpa Sadar)



 Komentarku ( Mahrus ali ):
Anda menyatakan:
Kalau kita mau jujur dengan merujuk pada literatur- literatur hadits maka kita akan menemukan penjelasan yang berbeda 180 derajat dengan yang dikatakan Mahrus. Hadits tersebut diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad (hal. 324), al-Hafizh Ibrahim al-Harbi dalam Gharibul-Hadits (II/673-674), al-Hafizh Ibnu al-Sunni dalam ‘Amalul-Yaum wal- Lailah (hal. 72-73), bahkan Ibnu Taimiyah —ideolog pertama aliran Wahabi— dalam kitabnya al-Kalim al-Thayyib (hal. 88), menganjurkan untuk mengamalkan isi hadits ini.,
Komentarku ( Mahrus ali ):
Katanya mau jujur, kok dusta, mana yang beda 180 derajat itu. Mengapa anda tidak memberikan penilaian hadis riwayat Bukhari dalam al adabul mufrad itu, apakah lemah, hasan atau sahih., Pada hal di buku Membongkar….karya LBMNU Jember dulu yang kamu termasuk tim penulisnya di tambahi dengan kalimat hadis sahih, riwayat Bukhari dalam al adabul mufrad[1][1]
Setelah saya katakana lemah, sekarang anda sebagai tim penulis buku membongkar ……………. tidak berani memberikan penilaian sahih lagi, apakah yang dulu keliru dan sekarang perlu di benarkan. Jangan – jangan apa yang kamu tulis sekarang ini keliru lagi, tidak benar lagi, dan nanti di rubah lagi, lalu di tetapkan lagi. Lihat bukuku “ Sesat tanpa sadar 191.
Di buku membongkar ………….karya LBMNU Jember, di katakan, hadis tsb di sebut oleh Ibn Taimiyah dalam kitabnya al kalimut thayyib hal 88.
Sekarang, kamu bilang mau jujur, tapi dusta lagi. Kamu bilang:
bahkan Ibnu Taimiyah —ideolog pertama aliran Wahabi— dalam kitabnya al-Kalim al-Thayyib (hal. 88), menganjurkan untuk mengamalkan isi hadits ini.,
  Jangan – jangan kamu yang menganjurkan, dan Ibnu Talimiyah tidak.  Tunjukkan kalimat arabnya bila Ibnu Taimiyah menganjurkan, jangan di simpan di dada, nanti para pembaca ini ragu, tidak yakin lagi, apakah benar Ibn Taimiyah menganjurkan atau melarang atau no koment. Apakah tidak salah anda mengutipnya. Atau sekedar inspirasi anda bukan Ibnu Taimiyah.
Saya telah melihat di kitab aslinya, ternyata tiada kalimat bahwa Ibn Taimiyah menganjurkan. Apalagi di kitab fatawanya. Anjuran secara tegas bukan sindiran itu bukan dari Ibn Taimiyah tapi kedustaan anda sendiri bukan kejujuran anda. Boleh juga di lihat di sini:
Anda menyatakan lagi:
Hadits di atas juga diriwayatkan melalui empat jalur:
5.    Sufyan al-Tsauri dari Abi Ishaq al-Sabi’i dari Abdurrahman bin Sa’ad, seperti yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adab al Mufrad.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Arabnya sbb:
يرويه سفيان الثوري عن ابن اسحاق عن عبد الرحمن بن سعد .

Sufian Tsauri  meriwayatkan dari Ibnu Ishaq Abdul-Rahman bin Sa`d.
Komentarku ( Mahrus ali ):

رواه البخاري في الادب المفرد ( 1 / 335 برقم 964 طبعة دار البشائر الإسلامية بيروت الطبعة الثالثة ، 1409 – 1989 ، بتحقيق محمد فؤاد عبد الباقي ) في باب ما يقول الرجل إذا خدرت رجله : (

HR. Bukhari dalam al adabul mufrad,l (1 / 335  nomer 964  Cetakan Darul Basya`ir al Islamiyah - Beirut, edisi ketiga,1409-1989,  tahkik  Muhammad Fuad Abdul Baqi) di bab: apa yang di katakana oleh seorang lelaki bila  kakinya   kesemutan: (

    قال الحافظ المزي : ( روى له البخاري في كتاب الأدب حديثا واحدا موقوفا ) ..
  Al Hafidh Al Mizzi berkata: Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab al adabul mufrad satu hadis maukuf dari Abu Ishak tadi.
Komentarku ( Mahrus ali ):
  Ber arti, menurut al Hafidh tsb, hadis tsb lemah dong, bukan sahih sebagaimana klaim anda di buku Membongkar………….karya LBMNU Jember. Lantas dari refrensi mana anda menyatakan sahih itu. Dan hadis lemah bukan hadis sahih itulah yang di buat pegangan LBMNU Jember ketika debat di Pasca sarjana.lalu dimenagkan bukan di kalahkan atau di salahkan…………………., aneh, unik tapi di anggap biasa dan wajar, lalu dikobarkan bukan di rahasiakan bahwa Pak Muammal Hamidi kalah, dan LBMNU Jember menang.  Ini kekalahan LBMNU Jember  lalu di menangkan dengan sistim penipuan.
Hadis tsb di sebutkan dalam kitab- kitab sbb:
الأَدَبُ الْمُفْرَدُ [ جزء 1 - صفحة 335 ]
-
تَهْذِيْبُ اْلكَمَالٍِ - الْمِزِّي ج 17 ص 143 :
مُسْنَدُ ابْنِ الْجَعْدِ- عَلِي بْن الْجَعْد بن عبيد ص 369 :
-
تَاِريْخُ مَدِيْنَة دِمَشْق - ابنُ عَسَاكِر ج 31 ص 177 :
-     الطَّبَقَاتُ اْلكُبْرَى - مُحَمَّدٌ بْنُ سَعْد ج 4 ص 154
Komentarku ( Mahrus ali ):
  Sekalipun di cantumkan dalam kitab – kitab tersebut namun masih tetap lemah, karena Abu Ishak yang mudallis, lihat komentar al akh sbb:
بدر العمراني
27-11-05, 05:18 PM
الحديث لا يصح ، و علته كما يظهر من الروايات المعروضة هي : عنعنة أبي إسحاق السبيعي و هو مدلس مشهور أنظر ترجمته في طبقات المدلسين لابن حجر ، و الحديث ضعفه الألباني لذلك لم يذكره في كتابه صحيح الكلم الطيب . و الله أعلم
Hadis tsb tidak sahih, illatnya  sebagaimana dari riwayat yang di tampakkan yaitu an`anah Abu Ishak assubai`i. Dia mudallis yang  populer, lihat riwayat hidupnya dalam kitab Thobaqat mudallisin karya Ibn Hajar. Ia di lemahkan oleh al albani, karena itu tidak di sebutkan dalam kitabnya  Sahih kalimit thoyyib, wallahu a`lam.
Abu Ishak yang mudallis itu meriwayatkan hadis dengan kalimat “dari” bukan “haddatsana”, dan ini termasuk kelemahan bagi mudallis dalam meriwayatkan hadis.
Untuk lebih jelasnya, sanadnya sbb: 
الأدب المفرد [ جزء 1 - صفحة 335 ]
964 -
حدثنا أبو نعيم قال حدثنا سفيان عن أبي إسحاق عن عبد الرحمن بن سعد قال
-     مسند ابن الجعد- علي بن الجعد بن عبيد ص 369 :
وبه عن أبي إسحاق عن عبد الرحمن بن سعد قال
-     تاريخ مدينة دمشق - ابن عساكر ج 31 ص 177 :
أخبرنا أبو عبد الله محمد بن طلحة بن علي الرازي وأبو القاسم إسماعيل بن أحمد قالا أنا أبو محمد الصريفيني أنا أبو القاسم بن حبابة نا أبو القاسم البغوي نا علي بن الجعد انا زهير عن ابن ( 3 ) إسحاق عن عبد الرحمن بن سعد قال
-     - الطبقات الكبرى - محمد بن سعد ج 4 ص 154 :
قال أخبرنا الفضل بن دكين قال حدثنا سفيان وزهير بن معاوية عن أبي إسحاق عن عبد الرحمن بن سعد قال

Lihat dalam sanad tsb, kalimat yang bergaris adalah Abu Ishak  selalu menggunakan  kalimat an ( عن   ) dari,  bukan haddatsana (       حَدَّثّناَ  )

Anda menyatakan lagi:
6.    Zuhair bin Mu’awiyah dari Abu Ishaq dari Abdurrahman bin Sa’ad, yang meriwayatkan melalui jalur ini diantaranya Ibnu Sa’ad dalam al-Thabaqat, Ibrahim al-Harbi dalam Gharib al-Hadits, Ibnu Ja’ad dalam Musnad-nya, Ibnu Sunni dalam Amal al-Yaum Wa al-Lailah, Ibnu Asakir dalam Tarikh-nya, demikian juga al-Hafizh al-Mizzi dalam Tahdzib al-Kamal.
Komentarku ( Mahrus ali ):
 Anda hanya berkisah tentang jalur periwayatan saja, sanad saja, bukan matan hadis tanpa ada klaim sahih, lemah atau hasan. . Jadi belum boleh di buat pegangan bagi seorang muslim yang mukmin bukan ahli bid`ah yang syirik . Boleh jadi harus di buang karena bertentangan dengan hadis sahih yang lain. Hadis tsb di cantumkan dalam suatu kitab arab atau latin itu sama saja. Yang penting harus ada keterangan sahih, lemah atau hasan.. Dan anda tidak memberikan penilaian anda atau penilaian ulama. Apakah anda tidak tahu bagaimana posisi  dan states sanad tsb. Lihat keterangan sbb:
الطريق الثاني : يرويه زهير بن معاوية عن ابن اسحاق عن عبد الرحمن بن سعد .
رواه علي ابن الجعد في مسنده ( ص 369 برقم 2539 طبعة مؤسسة نادر – بيروت الطبعة الأولى ، 1410 – 1990 ، بتحقيق عامر أحمد حيدر ) :
Jalur kedua: diriwayatkan oleh Zuhair bin Muawiyah dari Ibn Ishaq  dari Abdul Rahman bin Saad.
Diriwayatkan oleh Ali bin Ja’d dalam Musnad-nya (hal. 369,  edisi 2539  Cetakan  Yayasan  Nadir Beirut, edisi ( cetakan ) pertama,1410-1990,  Tahkik  Amer Ahmad Haidar):
Komentarku ( Mahrus ali ):
Komentar ulama tentang Zuhair bin Muawiyah yang meriwayatkan hadis  dari Ibn Ishak tadi sbb:
و قال صالح بن أحمد بن حنبل ، عن أبيه : زهير فيما روى عن المشايخ ثبت بخ بخ ،
و فى حديثه عن أبى إسحاق لين ، سمع منه بأخرة .
Shaleh bin Ahmad bin Hambal dari ayahnya berkata: Zuhair yang meriwayatkan hadis dari para masyayekh adalah terpercaya……… bagus ……….bagus, namun dalam meriwayatkan  hadis dari Abu Ishak lemah sekali, karena beliau mendengar dari padanya di ahir hayat.
و قال أبو زرعة : ثقة إلا أنه سمع من أبى إسحاق بعد الاختلاط .
Abu Zur`ah menyatakan:   Dia terpercaya, namun hadis yang dia dengarkan dari Abu Ishak setelah hapalannya kabur.
و قال أبو حاتم : زهير أحب إلينا من إسرائيل فى كل شىء إلا فى حديث أبى إسحاق .
Abu hatim berkata: Zuhair lebih kami senangi dari pada Isra`il dalam segala sesuatu kecuali tentang hadis Abu Ishak.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Jadi jalur ini yang di terangkan oleh Muhammad Idrus Ramli ini juga lemah bukan hasan atau sahih.Tidak boleh di buat pegangan, buang saja, apalagi bertentangan dengan ayat al quran yang nanti akan saya terangkan. 


( وبه – يقصد أنا زهير عن أبي إسحاق عن عبد الرحمن بن سعد قال : كنت عند عبد الله بن عمر فخدرت رجله فقلت له يا أبا عبد الرحمن ما لرجلك قال اجتمع عصبها من ها هنا قلت أدع أحب الناس إليك قال يا محمد فانبسطت )


 (maksudku Zuhair dari Abu Ishaq  dari Abdul-Rahman bin Saad berkata: Aku berada di sisi  Abdullah bin  Umar lalu kaki Abdullah bin Umar kesemutan.  Saya berkata kepadanya, Wahai Abu Abd al-Rahman apa yang menimpa kakimu.
Beliau  mengatakan Sarafnya berkumpul  dari sini .
Saya katakan, Panggillah orang yang paling engkau cintai
Lalu beliau  berkata . Anda, wahai Muhammad.
Lalu kakinya bisa terjulur.
 Redaksi hadis tsb berbeda dengan jelas bukan samar lagi dengan hadis yang pertama tadi sbb:
عن عبد الرحمن بن سعد ( القرشي العدوي ) قال : خدرت رجل بن عمر فقال له رجل اذكر أحب الناس إليك ، فقال : “ يا محمد…………. “ )


Dari Abd Rahman bin Sa`ad al Qurasyi al adawi berkata: Kaki Ibnu Umar kesemutan, lalu seorang lelaki berkata kepadanya : Sebutlah nama manusia yang paling kamu senangi, lalu beliau berkata : Wahai Muhammad ……………………

Lihat di hadis yang di atas di katakana:
  Saya berkata kepadanya, Wahai Abu Abd al-Rahman apa yang menimpa kakimu.
Beliau  mengatakan Sarafnya berkumpul  dari sini .
Saya katakan, Panggillah orang yang paling engkau cintai
Lalu beliau  berkata . Anda, wahai Muhammad.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Maksud saya di situ adalah Abd rahman bin Sa`d.
Tapi di hadis berikutnya :
Dari Abd Rahman bin Sa`ad al Qurasyi al adawi berkata: Kaki Ibnu Umar kesemutan, lalu seorang lelaki berkata kepadanya : Sebutlah nama manusia yang paling kamu senangi, lalu beliau berkata : Wahai Muhammad ……………………
Disini orang lelaki  bukan Abd rahman bin Sa`d yang berkata untuk memberi saran agar Ibnu Umar menyebut orang yang paling di cintai.
Hadis terahir ini juga di sebut dalam kitab al adzkar karya Imam Nawawi juz1 / 305.
الأذكار للنووي – (ج 1 / ص 305)
وإسناده ضعيف ، قال السخاوي في " القول البديع " رواه الطبراني وابن عدي وابن السني والخرائطي في
" مكارم الاخلاق " وأبو موسى المديني ، وابن بشكول ، وسنده ضعيف.
Sanad hadis tsb lemah. Sakhowi (  salah satu ulama Syafiiyah ) menyatakan dalam kitab al qaulul badi`, HR Thabrani, Ibnu Ady, Ibn Sunni dan al Khoroithi  dalam kitab Makarim al ahlak, Abu Musa al Madini  dan Ibn Basykul, sanadnya lemah.
Komentarku ( Mahrus ali ):

  Dalam sanad ini ada dua kelemahan bukan satu, yaitu Zuhair yang sudah kabur hapalannya bukan ketika hapalannya masih kuat mendengar hadis tsb dari Ibn Ishak, juga sisi Ibnu Ishak sendiri yang mudallis. Sudah tentu bukan satu perawi yang lemah tapi dua perawi yang berkumpul dalam satu jalur periwayatan.  Jadi hukumnya sangat lemah.
Anda menyatakan lagi:
7.    Israil dari Abi Ishaq dari al-Haitsam bin Hans, seperti riwayat Ibnu Sunni dalam Amal al- Yaum Wa al-lailah.

Komentarku ( Mahrus ali ):
Arabnya sbb:
 عمل اليوم والليلة لابن السني – (ج 1 / ص 321)
حدثنا محمد بن خالد بن محمد البرذعي ، ثنا حاجب بن سليمان ، ثنا محمد بن مصعب ، ثنا إسرائيل ، عن أبي إسحاق ، عن الهيثم بن حنش ، قال : كنا عند عبد الله بن عمر رضي الله عنهما ، فخدرت رجله ، فقال له رجل : « اذكر أحب الناس إليك . فقال : يا محمد صلى الله عليه وسلم . قال : فقام فكأنما نشط من عقال (1) »
Bercerita kepada kami Muhammad bin Khalid bin Muhammad Barda`i, bercerita kepada kami Hajib Bin Sulaiman, Mohamed Ben-Mus`ab bercerita kepada kami Israel, dari Abu Ishaq, dari al-Haytsam bin Hanash, mengatakan: Kami di sisi  Abd-Allah ibn’ Umar ra, lalu kakinya kesemutan, lalu  orang lelaki  berkata kepadanya: «  sebutlah orang yang paling kamu sukai . Dia berkata: Wahai Muhammad, saw.
Perawi berkata :  Dia  berdiri seolah-olah dia terlepas  dari ikatan (1) »
Komentarku ( Mahrus ali ):
والهيثم بن حنش مجهول العين، قال الخطيب في (الكفاية ص88)
« المجهول عند أصحاب الحديث كل من لم يشتهر بطلب العلم في نفسه، ولا عرفه العلماء به» وذكر منهم الهيثم بن حنش.
أحاديث يحتج بها الشيعة آخر نسخة – (ج 1 / ص 232)
Al haitsam bin Hansy adalah perawi yang tidak di kenal identitasnya. Al Khathib berkata dalam kitab al Kifayah, hal 88. Orang yang majhul ( tidak di kenal ) menurut ahli hadis adalah setiap orang yang tidak di kenal dlm mencari ilmu oleh para ulama . Di antara mereka adalah Al haitsam  bin Hanasy.  Lihat ahadis yahtajju biha Syi`ah, 232/1
Komentarku ( Mahrus ali ):
Biasanya  para ulama ahli hadis bukan ulama ahli fikih bila ada perawi yang tidak di kenal bukan perawi yang mashur, hadisnya di tinggalkan atau di katakana palsu bukan lemah, hasan atau sahih.
Hadis itu di sebut dalam kitab:
الكلم الطيب [ جزء 1 صفحة 173 ]
236 –
عن الهيثم بن حنش قال :
الأذكار النووية- يحيى بن شرف النووي ص 305 :
Al kalimut thoyyib, juz 1, hal 173.
Al adzkar an nawawiyah, Yahya bin Syaraf an nawawi, hal 305.
Dan di katakana lemah pula.
Anda,menyatakan lagi:
8.    Abu Bakar bin Ayyasy dari Abi Ishaq dari Abi Syu’bah, diantara yang meriwayatkan melalui jalur ini adalah Ibnu Taimiyah dalam al-Kalim al-Thayyib, Ibn-Qayyim Al-Jauziyyah dalam al-Wabil al-Shayyib dan al-Syaukani dalam Tuhfah al-Dzakirin, dimana ketiganya adalah ulama rujukan Mahrus Ali, juga meriwatkan dari jalur yang sama.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Untuk jalur terahir ini telah saya jelaskan kelemahannya dalam buku karya saya: “Sesat tanpa sadar” . 191-192.
Empat jalur yang anda gunakan itu jelas lemahnya bukan sahih.
Dan anda tahu bahwa  orang – orang syi`ah juga menggunakan hadis tsb dlm memperbolehkan memanggil – manggil pada orang mati atau auliya` yang sudah meninggal dunia.Lihat dalam kitab ahadis yahtajju biha syi`ah.

 Anda menyatakan lagi:
Sanad hadits di atas yang selalu ditampilkan oleh Mahrus Ali untuk dijadikan sebagai landasan. Tim LBM Jember menduga bahwa dengan memasukkannya Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim akan hadits ini ke dalam kitabnya, cukup sebagai bantahan untuk membantah pernyataan Mahrus Ali dan bisa mcmbuat dia sadar akan kesalahan yang telah dia perbuat. Namun dugaan tersebut ternyata salah total dan kenyataannya berbalik 180 derajat, bukannya sadar dan mengakui kisalahannya, Mahrus Ali malah menyalahkan Ibnu Taimiyah yang notabene panutan utama kaum Wahabi.
Komentarku ( Mahrus ali ):
  Saya Mahrus ali bukan ikut figur public atau figur suku, ajaran golongan, ajaran leluhur yang islami atau kufri tapi saya ikut dalil dari al quran atau hadis yang sahih bukan hadis lemah. Anda membawa dalil yang sahih akan saya ikuti karena menghormati dalil bukan mengejeknya atau menyepelekannya. Anda  tidak bawa  dalil tapi akal akalan, main teori falsafah, mantik atau berdasarkan pendapat leluhur tanpa dalil maka saya akan menolaknya  dan saya tetap konsis pada dalil sekalipun manusia melepaskannya. Saya sama dengan Ibnu Taimiyah, Imam Syafii atau Imam Asy`ari bukan karena ketokohan mereka tapi karena mereka mengikuti dalil.Bila mereka tidak punya dalil, saya akan bersebrangan dan saya tidak akan ikut mereka.
Imam Syafii menyatakan :
إذَا صَحَّ الْحَدِيثُ فَاضْرِبُوا بِقَوْلِي الْحَائِطَ وَإِذَا رَأَيْت الْحُجَّةَ مَوْضُوعَةً عَلَى الطَّرِيقِ فَهِيَ قَوْلِي .
Bila ada hadis sahih, maka  lemparkan perkataanku ke tembok . Bila kamu lihat hujjah telah berada di jalan, maka  itulah perkataan ku 
 لاَ تُقَلِّدْ دِينَك الرِّجَالَ فَإِنَّهُمْ لَنْ يَسْلَمُوا مِنْ أَنْ يَغْلَطُوا .
Dalam masalah agama,jangan ikut orang, sebab  mereka mungkin juga salah . 
Imam Malik berkata :
إنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أُصِيبُ وَأُخْطِئُ فَاعْرِضُوا قَوْلِي عَلَى الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ
        Aku hanyalah manusia, terkadang pendapatku benar, di lain waktu kadang salah . Karena itu, cocokkan perkataanku ini dengan kitabullah dan hadis Rasulullah .

Anda menyatakan: 
Seandainya kita berpendapat bahwa hadits di atas dengan kitiga jalur sanadnya adalah dha’if, hadits tersebut masih tetap bisa dijadikan pijakan, sebab antara hadits yang satu dengan yang lain bisa saling menguatkan, sehingga posisinya naik pada peringkat selanjutnya, yaitu hasan. Bahkan ada seorang ulama bernama Majdi Ghassan yang menulis satu risalah khusus mengkaji hadits ini, dan ia namakan al- Qaul al-Fashl al-Musaddad Fi Sihhah Hadits Ya Muhammad.
 Komentarku ( Mahrus ali ):
  Sebetulnya  hadis lemah bisa naik ke peringkat hadis hasan bukan sebaliknya  ini ide ulama belakangan ini, bukan ulama ahli hadis yang dahulu  seperti Bukhari, Muslim, Ahmad atau Nasa`I, walaupun demikian ia bukan menjadi kesepakatakn ulama ahli hadis, ia hanya  pendapat sebagian mereka saja.
Lihat perkataan Jamal bin Muhammad assayyid sbb:
وذهب جماعة إلى أن الحديث يقوى بمجموع طرقه، ويصل إلى درجة الحسن، قال ذلك: العلائي5، والقسطلاني6، والسخاوي7، و القاسمي8، وغيرهم.
Segolongan ulama berpendapat bahwa hadis itu menjadi kuat dengan jalur – jalurnya secara keseluruhan, da  bisa naik ke derajat Hasan. Demikian apa yang di katakana  oleh Al ala`I, Qasthalani, Sakhawi, Al Qasimi dll. Lihat Ibn Qayyim wajuhuduhu fi khidmatis sunnah 528/1
Namun bila jalur – jalur itu memiliki kelemahan yang sama bukan kelemahan yang beda- suatu misal hanya dari kelemahan  satu perawi saja, maka jalur – jalur yang banyak tidak bisa mengangkat ke derajat hasan.Lihat ulasan sbb:
التبيين لجهالات الدكتور - (ج 1 / ص 270)
فإن كثرة الطرق الضعيفة ترتقي بالحديث إلى درجة الحسن، أو الصحة، إذا كان مواضع الضعف فيها مختلفة، أما إذا كان مدار الطرق كلها على رجل مختلف فيه، فإن تعدد الطرق حينئذ لا اعتبار له.. وهذا هو الواقع في الإسناد الذي أورده عن أبي يعلى
Sesungguhnya banyaknya jalur periwayatan yang lemah bisa menaikkan ke derajat Hasan  atau sahih bila letak kelemahannya berbeda. Namun bila pusat kelemahannya  sama untuk satu orang lelaki yang masih hilap. Maka banyak jalur periwayatan tiada gunanya. Inilah kenyataan dalam sanad yang di cantumkan dari Abu Ya`la. Lihat attabyin lijahalatit doctor   270/1
Komentarku ( Mahrus ali ):
      Jalur – jalur yang anda sebutkan untuk hadis Ibnu Umar memanggil Muhammad ketika kaki kesemutan itu banyak bukan  sedikit, namun satu kelemahan pada seorang lelaki yang bernama Abu Ishak atau Ibnu Ishak bukan orang lain. Karena itu, jalur yang banyak itu tidak ada gunanya dan hadis tetap lemah – tidak terangkat menjadi hasan, apalagi sahih yang bisa  di buat pegangan. Pahamilah ini dan jangan di abaikan.
  Hadis tentang Ibnu Umar memanggil Rasul itu juga bertentangan dengan ayat:
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللهِ مَنْ لاَ يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ

Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang berdoa kepada  selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do`a) nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do`a mereka?   Al ahqaf  5.
     Dalam buku membongkar ...............karya LBMNU Jember terdapat keterangan yang memperbolehkan memanggil mayat nabi atau wali . pada hal ayat itu menyatakan orang yang melakukan hal itu paling sesat  bukan paling lurus, bertentangan dengn ayat yang mesti benarnya sebagaiman ayat :
لاَ يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلاَ مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ
Yang tidak datang kepadanya (Al Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.  Fusshilat24






[1][1] Sesat tanpa sadar 191

Tidak ada komentar: