BIOGRAFI IMAM
MUSLIM
Nama, Kuniyah dan Nasab
Nama lengkap beliau Muslim bin al
Hajjaj bin Muslim bin Kusyadz al-Qusyairi an-Naisaburi
Kuniyah beliau: Abul Husain
Nasab beliau:
1. Al Qusyairi; merupakan nisbah
kepada kabilah besar Al Qusyairi, mayoritas ulama diantaranya Ibnu Sholah dan
Nawawi mengatakan bahwa beliau merupakan suku asli dari kabilah tersebut dan
ada juga yang berpendapat bahwa nisbah kepada Qusyair merupakan nisbah
perwalian saja
2. An Naisaburi; merupakan nisbah
yang ditujukan kepada negeri tempat beliau tinggal, yaitu Naisabur . Satu kota
besar yang terletak di daerah Khurasan dan merupakan kota terindah serta yang
paling istimewa di wilayah Khurasan
Kelahiran Beliau
Para ulama berbeda pendapat dalam
penentuan tahun kelahiran beliau; sebagian mereka diantaranya Imam Ibnu Katsir
dan Al Hafizh Ibnu Hajar berpendapat bahwa tahun kelahirannya adalah tahun 204
Hijriah , adapun Abu Abdillah Al Hakim An Naisaburi berpendapat bahwa kelahiran
beliau pada tahun 206 Hijriah .
Ciri-ciri, sifat dan profesi
beliau
Beliau mempunyai perawakan yang
tegap, berambut dan berjenggot putih, serta mengulurkan ujung surbannya
diantara dua punggungnya.
Menurut Imam Dzahabi beliau
memiliki sifat yang keras dan tegas
Imam Muslim juga dikenal sebagai
seorang saudagar kain yang kaya lagi dermawan di Naisabur.
Aktifitas dan rihlah beliau
dalam menimba ilmu
Imam Muslim lahir dan tumbuh di
lingkungan yang memberikannya peluang yang sangat luas untuk menuntut ilmu yang
bermanfaat, karena Naisabur pada saat itu merupakan negeri yang penuh dengan
peninggalan ilmu-ilmu sunnah. Semua itu terjadi karena banyaknya orang-orang
yang giat untuk memperoleh ilmu dan mentransfer ilmu, maka besar kemungkinan
bagi orang yang terlahir di lingkungan masyarakat seperti ini akan tumbuh
dengan ilmu juga. Kesempatan yang terhampar luas di hadapan Imam Muslim kecil
ini tidak di sia-siakannya untuk memetik dan menikmati buah-buah ilmu syariat.
Beliau mulai mendengar hadits di
negerinya sendiri pada tahun 218 Hijriah dari gurunya Yahya bin Yahya At
Tamimi, pada saat itu umurnya baru menginjak dua belas atau empat belas tahun.
Besar kemungkinan ayah beliau
serta keluarganya yang lain juga mempunyai andil besar dalam memotivasinya
untuk menuntut ilmu. Para ulama telah menceritakan bahwa ayah beliau yang
bernama Al Hajjaj termasuk dari kalangan orang yang memiliki perhatian terhadap
ilmu syar’i.
Setelah beberapa lama beliau
menimba ilmu di negerinya maka muncul keinginan besar untuk menambah
perbendaharaan ilmu syar’i beliau dengan cara rihlah (mengadakan perjalanan).
Rihlah dalam rangka menuntut hadits merupakan syi’ar ahlul hadits pada
abad-abad pertama karena berpencarnya para pengusung sunnah dan riwayat-riwayat
di berbagai belahan negeri Islam yang sangat luas. Maka Imam Muslim pun tidak
ketinggalan untuk ambil bagian dalam meniti jalan ini, karenanya dalam sejarah
beliau tertulis rihlah ilmiahnya, diantaranya;
Rihlah pertama; Muslim
berkesempatan mengadakan perjalanan hajinya pada tahun 220 Hijriah. Pada saat
itu beliau masih muda belia, beliau berjumpa dengan syaikhnya Abdullah bin
Maslamah al Qa’nabi di Makkah, dan mendengar hadits darinya, sebagaimana beliau
juga mendengar hadits dari Ahmad bin Yunus dan beberapa ulama hadits yang lainnya
ketika di tengah perjalanan di daerah Kufah. Kemudian setelah itu beliau
kembali lagi ke negerinya dan tidak memperpanjang rihlahnya pada saat itu.
Rihlah kedua; rihlah kedua ini
waktunya lebih lama dan lebih meluas karena beliau menjelajah ke negeri Islam
lainnya. Rihlah ini dimulai sebelum tahun 230 Hijriah. Beliau berkeliling dan
memperbanyak mendengar hadits, hingga beliau mendengar dari banyak ahli hadits,
dan mengalami banyak kemajuan di bidang ilmu hadits yang mengantarkan beliau
kepada derajat seorang imam.
Beberapa negeri yang beliau
masuki, diantaranya;
1. Khurasan dan daerah
sekitarnya; di sini beliau belajar dari Yahya bin Yahya dan Ishaq bin Rahuyah
2. Ar Ray; di sini beliau belajar
dari Muhammad bin Mihran dan Abu Ghassan
3. Iraq; beliau mengunjungi
Kufah, Bashrah dan Baghdad. Beliau sangat sering mengunjungi daerah ini dan
kunjungan terakhir beliau di daerah tersebut di tahun 259 H, di daerah ini
beliau belajar dari Ahmad bin Hanbal dan Abdullah bin Maslamah
4. Hijaz; beliau mengunjungi Makkah
dan Madinah. Di kedua kota suci ini beliau belajar dari Said bin Manshur dan
Abu Mush’ab.
5. Negeri Syam; Imam Khattabi,
Ibnu Asakir dan As Sam’ani menyebutkan bahwa Imam Muslim sempat mengunjungi
Syam namun hal itu diingkari oleh Imam Dzahabi dengan dalih Imam Muslim hanya
belajar dari seorang guru yang merupakan penduduk Damasqus sehingga boleh jadi
beliau hanya sekadar menemuinya pada saat musim haji
6. Mesir; di negeri ini beliau
belajar dari ‘Amru bin Sawad dan Harmalah bin Yahya
Guru-guru beliau
Perjalanan ilmiah yang dilakukan
imam Muslim menyebabkan beliau mempunyai banyak guru dari kalangan ahlul
hadits. Al Hafizh Adz Dzahabi telah menghitung jumlah guru yang diambil
riwayatnya oleh imam Muslim dan dicantumkan di dalam kitab shahihnya, jumlah
mereka mencapai 220 orang, dan masih ada lagi selain mereka yang tidak di
cantumkan di dalam kitab shahihnya
Muhaddits Medinah Asy Syaikh
Abdul Muhsin al Abbad hafizhahulloh menukil dari Tahdzib at Tahdzib karya al
Hafizh Ibn Hajar al Asqalani sepuluh nama guru imam Muslim yang memiliki
riwayat terbanyak dalam kitab shohih Muslim. Berikut kami sebutkan nama-nama
mereka sesuai urutan jumlah periwayatannya :
1. Abu Bakar bin Abu Syaibah;
jumlah riwayatnya 1540 hadits
2. Abu Khaitsamah Zuhair bi Harb
An Nasaai; jumlah riwayatnya 1281 hadits
3. Muhammad bin Mutsanna, yang
digelar dengan az Zamin; jumlah riwayatnya 772 hadits
4. Qutaibah bin Said; jumlah
riwayatnya 668 hadits
5. Muhammad bin Abdullah bin
Numair; jumlah riwayatnya 573 hadits
6. Abu Kuraib Muhammad bin al
‘Alaa bin Kuraib; jumlah riwayatnya 556 hadits
7. Muhammad bin Basysyar, yang
dikenal dengan gelar Bundaar; jumlah riwayat beliau 460 hadits
8. Muhammad bin Rafi’ an
Naisaburi; jumlah riwayatnya 362 hadits
9. Muhammad bin Hatim, yang
dikenal dengan as Samiin; jumlah riwayatnya 300 hadits
10. Ali bin Hujr as Sa’di; jumlah
riwayatnya 188 hadits
Kesepuluh guru imam Muslim yang
disebutkan di atas juga merupakan guru imam Bukhari. Imam Abu ‘Amr ibn ash
Sholah berkata, “Walaupun imam Muslim belajar dan mengambil faidah dari imam
Bukhari akan tetapi beliau menyertai imam Bukhari dalam berguru kepada beberapa
ulama”.
Selain kesepuluh guru yang
disebutkan di atas masih banyak guru imam Muslim yang beliau mengambil ilmu
dari mereka akan tetapi beliau tidak menyebutkan periwayatannya dalam kitab
Shohih Muslim kecuali sedikit bahkan ada yang tidak disebutkan sama sekali.
Diantara guru-guru beliau yang
paling menonjol selain yang telah disebut di atas, adalah:
1. Abu Abdirrahman Abdullah bin
Maslamah bin Qa’nab Al Qa’nabi Al Haritsi Al Bashri (wafat tahun 221 H); Beliau
adalah guru imam Muslim yang tertua.
2. Abu Zakariyya Yahya bin Yahya
bin Bakr bin Abdurrahman at Tamimi an Naisaburi (wafat tahun 226 H); Beliau
adalah seorang imam yang tsiqoh lagi disayangi oleh penduduk Naisabur.
3. Abu Utsman Said bin Manshur
bin Syu’bah al Khurasani (wafat tahun 227 H); Beliau bermukim di Mekkah,
penulis kitab as Sunan dan seorang imam yang terkenal dengan kekuatan
hafalannya sehingga dikatakan bahwa beliau tidak pernah rujuk ke kitabnya
karena sangat yakin dengan hafalannya.
4. Abu Zakariyya Yahya bin Ma’in
bin ‘Aun al Ghatafani Maulaahum al Baghdadi (wafat tahun 233 H); seorang
tsiqoh, hafizh dan imam masyhur dalam ilmu al jarhu wa at ta’dil.
5. Abul Hasan Ali bin Abdullah
bin Ja’far bin Najih as Sa’di Maulaahum, beliau lebih dikenal dengan Ali ibn al
Madini (wafat tahun 234 H); beliau seorang yang sangat ahli dalam ilmu ‘ilal di
zamannya sehingga mendapat pujian yang sangat banyak dari para ulama, imam
Bukhari bahkan pernah berkomentar, “Aku tidak pernah memandang diriku kecil
kecuali jika di hadapan Ali ibn al Madini”
6. Abu Muhammad Ishaq bin Ibrahim
bin Makhlad al Hanzholi al Marwazi, beliau lebih dikenal dengan panggilan Ibn
Rahuyah (wafat tahun 238 H); Beliau seorang imam yang faqih, mujtahid dan rekan
dari Imam Ahmad
7. Abu Abdillah Ahmad bin
Muhammad bin Hambal asy Syaibani al Marwazi (wafat tahun 241 H); Beliau seorang
muhaddits besar yang tsiqoh dan merupakan hujjah, beliau digelar dengan Imamnya
Ahlus Sunnah wal Jama’ah
8. Abu Muhammad Abdullah bin
Abdurrahman bin al Fadhl bin Bahram as Samarqandi ad Darimi (wafat tahun 255
H); seorang imam hafizh, tsiqoh dan penulis kitab yang dikenal dengan sunan ad
Darimi
9. Muhammad bin Yahya bin
Abdullah bin Kholid bin Faris bin Dzuaib adz Dzuhli an Naisaburi (wafat tahun
258 H); seorang imam yang tsiqoh dan hafizh yang mulia
10. Abu Abdillah Muhammad bin
Isma’il Al Bukhari (wafat tahun 256 H); Beliau adalah Amirul Mukminin dalam
bidang hadits dan penulis kitab hadits yang paling diakui keshohihannya.
Imam Bukhari adalah guru imam
Muslim yang paling menonjol dan paling berpengaruh dalam membentuk kepribadian
dan mengasah bakat serta kemampuan imam Muslim dalam bidang hadits. Ketika imam
Bukhari datang ke Naisabur di tahun 250 H maka imam Muslim bermulazamah kepadah
beliau dan mengambil manfaat sebesar-besarnya terutama di bidang ilmu ‘Ilal
Hadits yang merupakan cabang ilmu hadits yang paling pelik dan membutuhkan
ketelitian yang luar biasa.
Al Hafizh Abu Bakar al Khathib al
Baghdadi pada saat menceritakan biografi imam Muslim, beliau berkata, “Imam
Muslim hanyalah mengikuti jejak imam Bukhari dan meniti ilmunya...”
Al Hafizh Ibnu Hajar al ‘Asqalani
ketika menjelaskan sisi-sisi yang menguatkan pendapat mayoritas ulama bahwa
Shohih Bukhari lebih utama dari Shohih Muslim, beliau berkata, “...para ulama
telah sepakat bahwa Bukhari lebih mulia dari Muslim dan lebih menguasai ilmu
hadits, Muslim adalah murid dan alumni madrasah Bukhari dan beliau senantiasa
mengambil manfaat darinya serta mengikuti jejaknya hingga imam Daraquthni
menegaskan, “Seandainya bukan karena Bukhari maka tentu Muslim tidak akan
datang dan pergi”
Akan tetapi walaupun imam Muslim
banyak belajar dan mengambil manfaat dari imam Bukhari, tidak satu pun hadits
dari periwayatan imam Bukhari yang dicantumkan imam Muslim dalam kitabnya
Shohih Muslim. Hal itu disebabkan tiga kemungkinan :
a. Hasrat untuk mendapatkan sanad
yang tinggi; sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa kebanyakan guru imam
Bukhari juga guru imam Muslim sehingga nampaknya beliau memandang tidak perlu
pada saat meriwayatkan dari guru-guru tersebut melalui perantaraan imam
Bukhari, karena para ahli hadits sangat mementingkan yang namanya sanad yang
tinggi.
b. Imam Muslim sangat terganggu
dan bersedih melihat kenyataan di zaman itu dimana begitu banyak kitab hadits
yang mencampurkan antara shohih dan lemah tanpa membedakannya. Atas dasar
itulah beliau bertekad untuk menyusun kitab hadits yang khusus mengumpulkan
hadits-hadits shohih sebagaimana yang telah dilakukan oleh imam Bukhari, dengan
demikian apa yang beliau telah riwayatkan dari imam Bukhari maka beliau pandang
tidak perlu beliau cantumkan ke dalam kitabnya.
c. Permasalahan yang terjadi
antara kedua guru beliau yaitu Muhammad bin Yahya adz Dzuhli dan imam Bukhari;
dimana adz Dzuhli menuduh bahwa Bukhari mengatakan,”Lafazhku ketika membaca al
Quran adalah makhluk”. Tentu saja imam Bukhari terjaga dan selamat dari apa
yang dituduhkan tersebut dan cukuplah kitab yang beliau tulis Khalqu Af’aalil ‘Ibaad
sebagai bukti akan hal itu. Imam Muslim sepakat kepada imam Bukhari dan lebih
cenderung kepadanya yang menyebabkan imam adz Dzuhli marah kepadanya hingga
beliau pada suatu hari dikeluarkan dari majelisnya. Sebagian ulama menyebutkan
demi menjaga perasaan kedua gurunya yang berselisih itu akhirnya imam Muslim
memutuskan untuk tidak meriwayatkan hadits dari keduanya dalam kitab Shohih
Muslim,wallohu a’lam.
Murid-murid beliau
Al Imam Muslim sibuk menyebarkan
ilmunya di negerinya dan negeri-negeri Islam lainnya, baik dengan pena maupun
dengan lisannya, sehingga tidak mengherankan jika para penuntut ilmu sangat
banyak yang mengambil ilmu dari beliau.
Diantara murid-murid beliau
adalah;
1. Abu Ahmad Muhammad bin Abdul
Wahhab al Farra`(wafat tahun 272 H); seorang perowi yang tsiqoh, beliau telah
mengambil hadits dari imam Muslim padahal beliau juga termasuk guru dari imam
Muslim.
2. Abu Hatim Muhammad bin Idris
ar Razi
3. Abu Bakar Muhammad bin An
Nadlr bin Salamah al Jarudi
4. Ali bin Al Husain bin al Junaid
ar Razi
5. Shalih bin Muhammad bin ‘Amr
bi Habib Jazrah al Asadi Maulaahum al Baghdadi (wafat tahun 293 H); beliau
seorang hafizh, ilmunya luas lagi mendalam dan kuat hafalannya. Al Idrisi
berkata, “Aku tidak mengetahui
6. Abu Isa Muhammad bin Isa at Tirmidzi
(wafat tahun 279 H); penyusun kitab Jami’ At Tirmidzi atau Sunan At Tirmidzi.
Beliau telah meriwayatkan dari imam Muslim sebuah hadits yang beliau cantumkan
dalam kitab Jami’ At Tirmidzi, kitab Ash Shiyam, Bab Maa Jaa Fii Ihsho Hilal
Sya’ban li Ramadhan
7. Abu Ishaq Ibrahim bin Abu
Thalib Muhammad bin Nuh bin Abdullah An Naisaburi (wafat tahun 295 H); beliau
seorang imam, hafizh dan syaikh Khurasan. Imam Hakim berkata tentang beliau,
“Beliau adalah imam di masanya dalam pengetahuan tentang hadits dan rijal,
beliau mengumpulkan para masyayikh dan ‘ilal”
8. Abul Fadhl Ahmad bin Salamah
An Naisaburi (wafat tahun 286 H); beliau seorang hafizh, hujjah dan pendamping
imam Muslim pada saat rihlah ke Balakh dan Bashrah.
9. Abu Bakar Muhammad bin Ishaq
bin Khuzaimah As Sulami An Naisaburi Asy Syafi’i (wafat tahun 311 H); beliau
seorang yang hafizh, hujjah, faqih dan memiliki banyak karya tulis. Beliau
memiliki perhatian yang besar terhadap hadits dan fiqh sejak usia mudanya
hingga beliau dijadikan sebagai teladan dalam keluasan ilmu dan mumpuninya,
beliau diberi gelar dengan Imamul A-immah (imamnya para imam)
10. Abu Hatim Makki bin ‘Abdan at
Tamimi an Naisaburi (wafat tahun 325 H); belia seorang muhaddits yang tsiqoh
dan mutqin
11. Abu Muhammad Abdurrahman bin
Abu Hatim at Tamimi al Hanzhali ar Razi (wafat tahun 327 H); beliau seorang
imam, hafizh, kritikus hadits dan penulis kitab Al Jarh wa at Ta’dil dan
Tafsir.
12. Abu Hamid Ahmad bin Muhammad
bin Asy Syarqi
13. Abu ‘Awanah Ya’qub bin Ishaq
al-Isfarayini (wafat tahun 316 H); beliau seorang imam yang mulia, hafizh
besar, tsiqoh dan berkeliling dalam menimba ilmu juga beliau pemilik kitab Al
Musnad ash Shohih al Mustakhraj ‘ala Shohih Muslim
14. Ibrahim bin Muhammad bin
Sufyan al Faqih az Zahid.
Rekomendasi dan Pujian para
Ulama Terhadap Beliau
Imam Muslim adalah salah seorang
ulama yang sangat menonjol dari sisi kekuatan hafalan dan keluasan ilmu serta
ketajaman pemahaman. Selain dari itu beliau juga seorang yang istiqomah dan
komitmen baik dari segi lahir maupun batin dan hal ini merupakan ciri para
ahlul hadits di sepanjang zaman.
Dengan berbagai keutamaan itulah
maka tidak mengherankan jika para ulama banyak melontarkan dan menyampaikan
pujian kepada beliau yang menunjukkan pengakuan mereka akan kelebihan yang
dimiliki imam Muslim.
Berikut ini akan kami sebutkan
beberapa rekomandasi dan pujian para ulama kepada beliau:
1. Guru beliau yang bernama
Muhammad bin Abdul Wahhab Al Farra` berkata; “(Muslim) merupakan ulama manusia,
lumbung ilmu, dan aku tidak mengetahui darinya kecuali kebaikan.”
2. Ahmad bin Salamah An Naisaburi
yang merupakan murid serta teman perjalanan imam Muslim pada saat rihlah,
menuturkan; “Saya melihat Abu Zur’ah dan Abu Hatim selalu mengutamakan Muslim
bin al-Hajjaj dalam perkara pengetahuan tentang hadits shahih ketimbang para
masyayikh di zamannya”.
3. Ishak bin Mansur al Kusaj
pernah berkata kepada imam Muslim: “Sekali-kali kami tidak akan kehilangan
kebaikan selama Allah menghidupkan engkau bagi kaum muslimin.”
4. Muhammad bin Basysyar Bundar
berkata; “Huffazh dunia itu ada empat; Abu Zur’ah di ar Ray, Muslim di An
Naisabur, Abdullah Ad Darimi di Samarqand, dan Muhammad bin Isma’il di
Bukhara.”
5. Ibnu Abi Hatim mengatakan: ”
Saya menulis hadits darinya di Ray, dan dia merupakan orang yang tsiqah dari
kalangan huffazh, memiliki pengetahuan yang mendalam dalam masalah hadits.
Ketika ayahku ditanya tentang dia, maka dia menjawab; (Muslim) Shaduuq.”
6. Maslamah bin Qasim al Andalusi
berkata, ”Tsiqah, mempunyai kedudukan yang agung, termasuk dari kalangan para
imam.”
7. Al Hafizh Abu Abdillah
Muhammad bin Ya’qub ibn al Akhram berkata, “Kota kami hanya menghasilkan tiga
ulama hadits, yaitu Muhammad bin Yahya, Ibrahim bin Abu Tholib dan Muslim
8. Ibnu ‘Uqdah menyatakan,
“Sangat jarang imam Muslim terjatuh dalam kesalahan dalam persoalan rijal
hadits...”
9. Abu Bakar ibn al Jarudi
berkata, “Muslim bin Hajjah telah menyampaikan hadits kepada saya dan beliau
termasuk lumbung ilmu”
10. Al Khatib Al Baghdadi
berkata, “Dia merupakan salah seorang imam dan penghafal hadits.”
11. As Sam’ani menuturkan,
“Termasuk salah seorang imam dunia.”
12. Ibnul Atsir berkata,
“Termasuk salah seorang dari para imam penghafal hadits.”
13. Nawawi mengatakan, “Para
ulama telah ijma’ akan kemuliannya, keimamahannya, ketinggian derajatnya,
kecerdasannya dalam bidang ini, beliau yang dikedepankan dan pendalamannya
sangat matang dalam hadits”
14. Adz Dzahabi berkata, ” Abul
Husain an Naisaburi seorang hafizh dan salah satu dari rukun hadits”
15. Ibnu Katsir berkata,
“Termasuk salah seorang dari para imam penghafal hadits.”
Hasil karya beliau
Sebagaimana yang telah disebutkan
bahwa Imam Muslim hidup di abad-3 Hijriah yang merupakan abad keemasan bagi
sejarah Islam dalam hal penulisan karya-karya ilmiyah terutama di bidang hadits.
Imam Muslim termasuk diantara sederetan para ulama di zaman itu yang memiliki
saham besar dalam pengembangan bidang displin ilmu hadits dan itu dibuktikan
dengan hasil karya dalam bidang ilmu hadits yang jumlahnya cukup banyak. Di
antaranya ada yang sampai kepada kita dan sebagian lagi ada yang tidak atau
belum sampai.
Imam Nawawi dalam kitabnya
Tahdzib al Asmaa wa al Lughat menyebutkan beberapa kitab yang telah ditulis
oleh Imam Muslim sebagai berikut :
1. Al Musnad ash Shahih; ini
adalah karya terbesar imam Muslim yang beliau wariskan kepada ummat ini, kitab
ini lebih dikenal dengan Shohih Muslim
2. Al Musnad al Kabir ‘Ala ar
Rijal. Imam Hakim berkata, “Menurut saya tidak ada yang sempat mendengarkan
dari beliau kitab tersebut”
3. Al Jami’ al Kabir ‘alal Abwaab
4. Al ‘Ilal
5. Awhaamul Muhadditsin
6. At Tamyiz; kitab ini telah
dicetak di Maktabah al Kautsar-Riyadh dan ditahqiq oleh asy Syaikh Prof.DR.
Muhammad Mushtafa al A’zhami
7. Man Laysa Lahu Illa Rowin
Wahid; kitab ini lebih dikenal dengan nama Al Munfaridaat wa al Wuhdan
8. Thabaqaat at Tabi’in
9. Kitab al Mukhadhramin
Imam adz Dzahabi dalam kitabnya
Tadzkiratul Huffazh menyebutkan beberapa tambahan kitab lain yang belum
disebutkan di atas, diantaranya :
10. Al Asma’ wa Al Kuna ; kitab
ini telah dicetak oleh Darul Fikr di Damaskus dalam 4 jilid.
11. Al Afraad
12. Al Aqraan
13. Su`alaat Muslim li Ahmad bin
Hanbal
14. Hadits ‘Amru bin Syu’aib
15. Al Intifaa’ biuhubi as Sibaa’
16. Masyayikhu Malik
17. Masyayikhu Ats Tsauri
18. Masyayikhu Syu’bah
19. Awladu ash Shahabah
20. Afraadu Asy Syamiyyin
Wafatnya beliau
Imam Muslim wafat pada hari Ahad
sore, dan dikebumikan di kampung Nasr Abad, salah satu daerah di luar Naisabur,
pada hari Senin, 25 Rajab 261 H bertepatan dengan 5 Mei 875. dalam usia beliau
55 tahun atau 57 tahun.
Ahmad bin Salamah menceritakan,
“Imam Muslim suatu hari mengadakan suatu majelis mudzkaroh lalu ditanyakan
padanya sebuah hadits yang beliau tidak ketahui maka beliau segera pulang ke
rumahnya lalu menyalakan pelitanya dan berkata kepada orang yang ada di rumah,
Jangan sekali-kali ada seorang yang menemui saya”. Disampaikan kepada beliau
bahwa ada yang menghadiahkan sekeranjang kurma lalu diberikan kepada beliau.
Maka mulailah beliau mencari hadits sambil menikmati kurma satu per satu hingga
masuk waktu pagi dimana beliau telah mendapat hadits yang dicarinya dan kurma
yang ada di keranjang pun telah habis.
Imam Abu Abdillah Al Hakim
berkata, “Kami bertambah yakin dari apa yang dikabarkan oleh rekan-rekan kami
bahwa beliau (imam Muslim) wafat disebabkan hal itu”. Semoga Allah merahmati
Imam Muslim dengan rahmat-Nya yang luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar