GRESIK | SURYA Online - Tak kurang 500 warga kurang mampu mendapat pengobatan gratis di kompleks makam Nyai Gede Pinatih jl Kh holil, Kebungson Gresik, Minggu (18/9) pagi. Acara pengobatan massal diselenggarakan sebagai bagian dari kegiatan Haul ke-544 Nyai Gede Pinatih.
Selain bantuan
pengobatan gratis panitia haul juga membagikan santunan bagi ratusan anak yatim
piatu.
Antusiasme masyarakat mengikuti kegiatan pengobatan cukup besar. Sejak pagi warga sudah memadati lokasi pengobatan gratis. Mereka adalah warga di sekitar kawasan makam makam Nyai Gede Pinatih yang tinggal di kelurahan Kebungson, Bedilan, Kemuteran dan Pekelingan.
Antusiasme masyarakat mengikuti kegiatan pengobatan cukup besar. Sejak pagi warga sudah memadati lokasi pengobatan gratis. Mereka adalah warga di sekitar kawasan makam makam Nyai Gede Pinatih yang tinggal di kelurahan Kebungson, Bedilan, Kemuteran dan Pekelingan.
Pengurus Makam,
KH Muchtar Djamil mengatakan mayoritas warga yang datang berobat menderita
penyakit Myalgia (capek2), hipertensi dan batuk pilek. “Pengobatan massal ini
bertujuan membantu masyarakat miskin di sekitar makam dan membawa syiar untuk
selalu menolong kepada sesama serta meneladani Nyai Gede Pinatih,” ujar
Muchtar.
Sementara itu
acara pemberian santunan dan bingkisan dari Yayasan Nyai Gede Pinatih bagi anak
yatim di waktu yang sama berlangsung meriah. Sebanyak 400 anak yang tinggal di
sekitar makam mendapat bingkisan dan santunan uang tunai.
Sebelum diberikan
santunan anak-anak yatim itu diajak berkeliling menyusuri jalan-jalan sekitar
makam. Mereka mengikuti kirab didampingi kelompok musik hadrah melalui Jl KH
Kholil, Jl Kemuteran, Jl Samanhudi dan Jl Nyai Gede Pinatih. (Dyan Rekohadi)
Friday, September 24, 2010
Asal usul haul dan budaya kenduri
Budaya kenduri kematian dalam ta'ziah seperti tahlil, bukanlah
berasal dari budaya Hindu dan Budha seperti yang dikalim oleh segolongan orang.
Sebab kedua agama ini tidak mengenal istilah itu.
Demikian diungkapkan oleh pengamat budaya dan sejarah Agus Sunyoto. Menurutnya, dalam agama Hindu atau Budaha tidak dikenal kenduri dan tidak pula dikenal peringatan orang mati pada hari ketiga, ketujuh, ke-40, ke-100 atau ke-1.000.
Agus sunoyto mengemukakan bahwa catatan sejarah menunjukkan orang Campa memperingati kematian seseorang pada hari ketiga, ketujuh, ke-40, ke-100 dan ke-1.000. Orang-orang Campa juga menjalankan peringatan khaul, peringatan hari Assyuro dan maulid Nabi Muhammad SAW.
"Mencermati fakta itu, maka saya berkeyakinan tradisi kenduri, termasuk khaul adalah tradisi khas Campa yang jelas-jelas terpengaruh faham Syi`ah. Demikian juga dengan perayaan 1 dan 10 Syuro, pembacaan kasidah-kasidah yang memuji-muji Nabi Muhammad menunjukkan keterkaitan tersebut," katanya.
Bahkan, katanya, istilah kenduri itu sendiri jelas-jelas menunjuk kepada pengaruh Syi`ah karena dipungut dari bahasa Persia, yakni Kanduri yang berarti upacara makan-makan memperingati Fatimah Az Zahroh, puteri Nabi Muhammad SAW.
Agus Sunyoto yang juga dikenal sebagai penulis sejumlah novel dengan latar belakang wali, antara lain Syekh Siti Jenar yang bersambung hingga tujuh novel itu mengemukakan bahwa ditinjau dari aspek sosio-historis, munculnya tradisi kepercayaan di Nusantara ini banyak dipengaruhi pengungsi dari Campa yang beragama Islam.
"Peristiwa yang terjadi pada rentang waktu antara tahun 1446 hingga 1471 masehi itu rupanya memberikan kontribusi yang tidak kecil bagi terjadinya perubahan sosio-kultural religius di Majapahit," kata mantan wartawan yang kini menjadi dosen budaya di Unibraw Malang itu.
Ia memberi contoh kebiasaan orang Campa yang memanggil ibunya dengan sebutan "mak", sedangkan orang-orang Majapahit kala itu menyebut "ibu" atau "ra-ina". Di Surabaya dan sekitarnya, tempat Sunan Ampel menjadi raja, masyarakat memanggil ibunya dengan sebutan "mak".
"Pengaruh kebiasaan Campa yang lain terlihat pula dalam cara orang memanggil kakaknya atau yang lebih tua dengan sebutan `kang`, sedangkan orang Majapahit kala itu memanggil dengan sebutan `raka`. Untuk adik, orang Campa menyebut `adhy`, sedangkan di Majapahit disebut `rayi`," katanya.
Pada kesempatan itu, Agus membedakan pengaruh muslim Cina dengan Campa di masa-masa akhir kejayaan kerajaan Majapahit atau di era Wali Songo. Muslim Campa selama proses asimilasi melebur dengan penduduk setempat, hingga watak Campanya hilang dan berbaur dengan kejawaan. "Tapi muslim Cina masih cukup kuat menunjukkan eksistensi kecinaannya sampai beberapa abad," katanya
Dihimpun dari pelbagai sumber, al: Pesanten
Sumber : sekroh1.wordpress.com/.../asal-usul-haul-dan-kenduri-kematian-
Seorang mantan Pendeta Hindu pernah menyatakan :
Pertama. Panca
Yajna adalah lima
upacara selamatan di dalam agama Hindu, masing-masing:
Dewa yajna yakni
selamatan kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa. Rsi yajnya adalah selamatan kepada
orang-orang yang dianggap suci. Pitra yajna adalah selamatan kepada roh
leluhur. Manusa yajna adalah selamatan kepada manusia. Butha yajna adalah
selamatan kepada mahluk bawahan.
Melakukan
selamatan ini adalah wajib hukumnya di dalam Agama Hindu. Contoh selamatan pada
hari kematian, acaranya berlangsungpada hari pertama, ke-3, ke-7, ke-40, ke-100
dan nyewu (hari ke-1000). “Kalau tidak punya uang untuk melaksanakan selamatan,
wajib utang kepada tetangga. (jamaah tertawa) .
Sebab bila
keluarga yang meninggal tidak diselamatin, rohnya akan gentayangan, menjelma
menjadi hewan, binatang, bersemayam di keris dan jimat, dll. Makanya
pohon-pohon diberi sarung, dan pada setiap hari Sukra Umanis jimat dan keris
diberi minum kopi. “Sedangkan yang melaksanakan selamatan, dapat tiket langsung
masuk surga.” Di dalam Islam tidak ada selamatan-selamatan, tetapi yang ada
adalah sedekoh. Sedekoh punya kelebihan dari selamatan yakni memberikan sedekoh
ketika kita punya kelebihan yang biasanya dilakukan pada menjelang bulan puasa.
Jadi bukan hasil utang.
Komentarku ( Mahrus ali )
Telah jelas bahwa acara haul adalah bukan dari ajaran Islam , tapi
dari budaya Hindu dan Syi`ah yang ahli bid`ah bukan ahlus sunnah . Ia
termasuk budaya yang tidak di ajarkan oleh Allah dan rasulNya tapi di
ajarkan oleh setan dan tentaranya . Dan ini jelas tidak samar lagi di larang
bukan di perbolehkan , termasuk juga membudayakan kebid`ahan bukan melestarikan
sunnah , menyebarkan ajaran non Islam . Ia bukan syi`ar Allah tapi
syi`ar setan . Allah telah menyatakan dalam ayatNya sbb :
ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ
شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan
syi`ar-syi`ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.[1]
Bila syi`ar setan yang di kumandangkan , maka termasuk hati
yang paling taat pada setan dan ingkar kepada Allah .
Acara haul
itu ber arti menyemarakkan ke sesatan bukan kebenaran
sebagaimana hadis :
مَنْ أَحْدَثَ فِي
أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
Barang siapa mengada-ngadakan sesuatu dalam urusan agama yang
tidak terdapat dalam agama maka dengan sendirinya tertolak [2]
Bahkan dalam haul juga ada kesyirikan sebagaimana haul di
Jeddah yang di adakah oleh PCNU GP Ansor Gusdurian dengan membaca
ya nabi salam alaika dan di dalamnya terdapat bait
syirik sbb :
فَأَغِثْني
وَأَجِرْنِي ياَمُجِيْرٌ مِنَ السَّعِيْرِ
Maka tolonglah aku wahai Rasulullah dan selamatkan aku
wahai Rasul yang menyelamatkan dari neraka sair
ياَغِياَثِي
يَامَلاَذِي فِى مُلِماَّتِ الأُمُورِ
Wahai penolongku dan pelindungku
Dalam mengatasi setiap mara bahaya
Ket:”Bacaan tsb syirik karena langsung minta kepada
NabiSAW bukan minta kepada Allah
,”
الَّلهُمَّ بِحُرْمَةِ
هَذَا النَّبِي الكَرِيْمِ
Ya Allah ! dengan kehurmatanNabiyang mulia ini
وَاسْتُرْناَ بِذَيْلِ
حُرْمَتِه
Tutupilah kami dengan ekor kehurmatanNabi SAW
وَارْزُقْناَ بِهِ
يَوْمَ القِياَمَةِ مَقاَماً رَفِيْعاً
Pada hari
kiamat berilah kami kedudukan yang tinggi karena kemuliaanNabiSAW.
Ket: “
Syirik disini karena menggunakan perantara orang mati dan kehurmatannya
dalam berdoa kepada Allah.”
“ Tidak layak bagi seseorang berdoa kepada Allah
dengan hak makhlukNya, paraNabi, Rasul atau baitullah . Imam Abu
Hanifah benci kepadanya , “ kata Abu Yusuf. “Minta pada Allah dengan
perantara mahlukNya tidak boleh atau haram , “ kata Al Qaduri yang
didukung oleh Ibnu taimiyah dalam kitab Al qaidah al jalilah .[3]
“ Berhubung sulit untuk menggali ilmu syariat , maka
masyarakat awam beralih kepada ajaran yang dibikin sendiri. Menurutku
mereka adalah kafir seperti mengagungkan kurburan ,minta – minta pada orang
mati,wahai tuanku berilah ini ……...,” kata Ibnu Uqail Al Hambali.
“Ini adalah syirik besar dan setiap jalan yang mengarah kepadanya harus
di larang,” kata syekh Sholeh bin Abdul aziz [4]
[2] HR Bukhori /
Salat / 2499. Muslim / Aqdliah / 3242. Abu dawud/Sunnah / 3990. Ibnu Majah /
Muqaddimah /14. Ahmad / 73,146,180,240,206,270/6
Artikel Terkait
Bid%60ah
hasanah
- Taraweh bukan dua puluh rakaat tapi sebelas
- Pemkab dan Pemprov dapat dosa besar bukan pahala kecil
- Biografi SYEIKH ABDUL MALIK (TOK PULAU MANIS)
- Terlaknatlah Panitia Gerak jalan Mojokerto - Surabaya
- Saipul Jamil Serukan Azan Saat Istrinya Dikubur
- إلَهِيْ لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاً Siapa penciptanya ?
Label: Bid`ah hasanah
3 komentar:
jagona mengatakan...
Assalamualaikum
war., wab.
Masalah yang dihadapi adalah bahwa sebagian besar kaum Muslimin di Indonesia ini melaksanakan acara upacara kematian ini dari mulai hari pertama, s/d haul setiap tahun, juga acara-acara lainnya seperti rajaban, muludan, saparan, dll. Apapun akan dilakukan untuk sekedar melaksanakan haul dan acara-acara itu.
Bagaimana upaya-upaya AWJ untuk menyadarkan mereka, bahwa yang mereka lakukan tidak sesuai dengan petunjuk Rasulullah.
Mohon penjelasannya.
Nashrun minallah wa fathun qoriib
Wassalamualaikum war., wab.
Masalah yang dihadapi adalah bahwa sebagian besar kaum Muslimin di Indonesia ini melaksanakan acara upacara kematian ini dari mulai hari pertama, s/d haul setiap tahun, juga acara-acara lainnya seperti rajaban, muludan, saparan, dll. Apapun akan dilakukan untuk sekedar melaksanakan haul dan acara-acara itu.
Bagaimana upaya-upaya AWJ untuk menyadarkan mereka, bahwa yang mereka lakukan tidak sesuai dengan petunjuk Rasulullah.
Mohon penjelasannya.
Nashrun minallah wa fathun qoriib
Wassalamualaikum war., wab.
Mantankyainu mengatakan...
Berdakwahlah
, berjihadlah yang sungguh dan jangan taat kepada mereka sedikitpun
SUTRISNO ISMAIL mengatakan...
assalamualaikum
wr.wb.
Ust mohon pehjelasan ana baca dari situs www.nuonline tentang Maulid...
Peryataan bahwa perayaan maulid Nabi adalah amalan bid'ah adalah peryataan sangat tidak tepat, karena bid'ah adalah sesuatu yang baru atau diada-adakan dalam Islam yang tidak ada landasan sama sekali dari dari Al-Qur'an dan as-Sunah. Adapun maulid walaupun suatu yang baru di dalam Islam akan tetapi memiliki landasan dari Al-Qur'an dan as-Sunah.
Pada maulid Nabi di dalamya banyak sekali nilai ketaatan, seperti: sikap syukur, membaca dan mendengarkan bacaan Al-Quran, bersodaqoh, mendengarkan mauidhoh hasanah atau menuntut ilmu, mendengarkan kembali sejarah dan keteladanan Nabi, dan membaca sholawat yang kesemuanya telah dimaklumi bersama bahwa hal tersebut sangat dianjurkan oleh agama dan ada dalilnya di dalam Al-Qur'an dan as-Sunah.
Di antara orang yang mengatakan maulid adalah bid'ah adalah karena acara maulid tidak pernah ada di zaman Nabi, sahabat atau kurun salaf. Pendapat ini muncul dari orang yang tidak faham bagaimana cara mengeluarkan hukum(istimbat) dari Al-Quran dan as-Sunah. Sesuatu yang tidak dilakukan Nabi atau Sahabat –dalam term ulama usul fiqih disebut at-tark – dan tidak ada keterangan apakah hal tersebut diperintah atau dilarang maka menurut ulama ushul fiqih hal tersebut tidak bisa dijadikan dalil, baik untuk melarang atau mewajibkan.
Sebagaimana diketahui pengertian as-Sunah adalah perkatakaan, perbuatan dan persetujuan beliau. Adapun at-tark tidak masuk di dalamnya. Sesuatu yang ditinggalkan Nabi atau sohabat mempunyai banyak kemungkinan, sehingga tidak bisa langsung diputuskan hal itu adalah haram atau wajib.
Zarnuzi Ghufron
Ketua LMI-PCINU Yaman dan sekarang sedang belajar di Fakultas Syariah wal Qonun Univ Al-Ahgoff, Hadramaut, Yaman
Ust mohon pehjelasan ana baca dari situs www.nuonline tentang Maulid...
Peryataan bahwa perayaan maulid Nabi adalah amalan bid'ah adalah peryataan sangat tidak tepat, karena bid'ah adalah sesuatu yang baru atau diada-adakan dalam Islam yang tidak ada landasan sama sekali dari dari Al-Qur'an dan as-Sunah. Adapun maulid walaupun suatu yang baru di dalam Islam akan tetapi memiliki landasan dari Al-Qur'an dan as-Sunah.
Pada maulid Nabi di dalamya banyak sekali nilai ketaatan, seperti: sikap syukur, membaca dan mendengarkan bacaan Al-Quran, bersodaqoh, mendengarkan mauidhoh hasanah atau menuntut ilmu, mendengarkan kembali sejarah dan keteladanan Nabi, dan membaca sholawat yang kesemuanya telah dimaklumi bersama bahwa hal tersebut sangat dianjurkan oleh agama dan ada dalilnya di dalam Al-Qur'an dan as-Sunah.
Di antara orang yang mengatakan maulid adalah bid'ah adalah karena acara maulid tidak pernah ada di zaman Nabi, sahabat atau kurun salaf. Pendapat ini muncul dari orang yang tidak faham bagaimana cara mengeluarkan hukum(istimbat) dari Al-Quran dan as-Sunah. Sesuatu yang tidak dilakukan Nabi atau Sahabat –dalam term ulama usul fiqih disebut at-tark – dan tidak ada keterangan apakah hal tersebut diperintah atau dilarang maka menurut ulama ushul fiqih hal tersebut tidak bisa dijadikan dalil, baik untuk melarang atau mewajibkan.
Sebagaimana diketahui pengertian as-Sunah adalah perkatakaan, perbuatan dan persetujuan beliau. Adapun at-tark tidak masuk di dalamnya. Sesuatu yang ditinggalkan Nabi atau sohabat mempunyai banyak kemungkinan, sehingga tidak bisa langsung diputuskan hal itu adalah haram atau wajib.
Zarnuzi Ghufron
Ketua LMI-PCINU Yaman dan sekarang sedang belajar di Fakultas Syariah wal Qonun Univ Al-Ahgoff, Hadramaut, Yaman
Read more: http://mantankyainu.blogspot.com/2011/09/haul-adalah-syirik-budaya-hindu-dan.html#ixzz1xEFTOe00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar